Wednesday, 8 October 2014

BUAT RENUNGAN UNTUK YANG MAU TOBAT

""


Pada zaman dahulu, terdapat sebatang pohon apel yang amat besar. Seorang kanak kanak lelaki begitu gemar bermain-main di sekitar pohon apel ini setiap hari. Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta memakan apel sepuas-puas hatinya, dan adakalanya dia beristirahat lalu terlelap di perdu pohon apel tersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat permainannya. Pohon apel itu juga menyukai anak tersebut.

Masa berlalu…
Anak lelaki itu sudah besar dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan masanya setiap hari bermain di sekitar pohon apel tersebut. Namun begitu, suatu hari dia datang kepada pohon apel tersebut dengan wajah yang sedih.
"Marilah bermain-mainlah di sekitarku" ajak pohon apel itu.

"Aku bukan lagi kanak-kanak, aku tidak lagi gemar bermain dengan engkau" jawab remaja itu.
"Aku mau permainan. Aku perlu uang untuk membelinya" tambah remaja itu dengan nada yang sedih.

Lalu pohon apel itu berkata, "Kalau begitu, petiklah apel-apel yang ada padaku. Juallah untuk mendapatkan uang. Dengan itu, kau dapat membeli permainan yang kau inginkan".

Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel di pohon itu dan pergi dari situ. Dia tidak kembali lagi selepas itu. Pohon apel itu merasa sedih.

Masa berlalu…
Suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa. Pohon apel itu merasa gembira.
"Marilah bermain-mainlah di sekitarku" ajak pohon apel itu.

"Aku tiada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang. Aku ingin membina rumah sebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. Bisakah kau menolongku?" Tanya anak itu.

"Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kau boleh memotong dahan-dahanku yang besar ini dan kau buatlah rumah daripadanya" Pohon apel itu memberikan cadangan. Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong ke semua dahan pohon apel itu dan pergi dengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira tetapi kemudiannya merasa sedih karena remaja itu tidak kembali lagi selepas itu.

Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemui pohon apel itu. Dia sebenarnya adalah anak lelaki yang pernah bermain-main dengan pohon apel itu. Dia telah matang dan dewasa.
"Marilah bermain-mainlah di sekitarku" ajak pohon apel itu.

"Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yang suka bermain-main di sekitarmu. Aku sudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk berlayar. Malangnya, aku tidak mempunyai perahu. Maukah kau menolongku?" Tanya lelaki itu.

"Aku tidak mempunyai perahu untuk diberikan kepada kau. Tetapi kau boleh memotong batang pohon ini untuk dijadikan perahu. Kau akan dapat belayar dengan gembira" kata pohon apel itu.

Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batang pohon apel itu. Dia kemudian pergi dari situ dengan gembiranya dan tidak kembali lagi selepas itu.

Namun begitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakin di mamah usia, datang menuju pohon apel itu. Dia adalah anak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon apel itu.
"Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untuk diberikan kepada kau. Aku sudah memberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, batangku untuk kau buatperahu. Aku hanya ada tunggul dengan akar yang hampir mati…" kata pohon apel itu dengan nada pilu.

"Aku tidak mahu apelmu karena aku sudah tiada bergigi untuk memakannya, aku tidak mahu dahanmu kerana aku sudah tua untuk memotongnya, aku tidak mahu batang pohonmu kerana aku tidak berupaya untuk belayar lagi, aku merasa lelah dan ingin istirahat" jawab lelaki tua itu.

"Jika begitu, istirahatlah di perduku" kata pohon apel itu.

Lalu lelaki tua itu duduk beristirahat di perdu pohon apel itu. Mereka berdua menangis kegembiraan.

Tahukah kamu. Sebenarnya, pohon apel yang dimaksudkan di dalam cerita itu adalah kedua-dua ibu bapak kita. Saat kita masih muda, kita suka bermain dengan mereka. Ketika kita meningkat remaja, kita perlukan bantuan mereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka, dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita di dalam kesusahan.

Namun begitu, mereka tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dan gembira dalam hidup. Anda mungkin terfikir bahwa anak lelaki itu bersikap kejam terhadap pohon apel itu, tetapi fikirkanlah, itu hakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masa kini melayani ibu bapak mereka.
Hargailah jasa ibu bapak kepada kita. Jangan hanya kita menghargai mereka semasa menyambut hari ibu dan hari bapak setiap tahun saja.

Belum ada kata terlambat untuk kembali berbakti kepada kedua orang tua kita biarpun mereka sudah tidak ada di dunia fana ini.


Sumber : http://teruslah-belajar.blogspot.com/

Sunday, 31 August 2014

Bukan Cerita Biasa

Bukan Cerita Biasa
oleh Fahrial Jauvan Tajwardhani

Cinta itu ibarat perang, berawalan dengan mudah namun sulit di akhiri.

Suatu hari, bermula dari pertemuan-pertemuan yang menyenangkan disekolah. Kebiasaan-kebiasaan ramah, saling bertatap wajah. Bercanda gurau habiskan masa-masa sekolah (dari tk, sd, smp, sampe sma) penuh suka, penuh gembira. Hingga akhirnya tercipta sebuah rasa yang dinamakan cinta.
***

Tak terasa masa-masa sekolah akan berakhir didepan mata. Masa muda yang penuh cita siap menantang dunia berupaya mengubah jalan cerita di hidupnya. Kemudian ada cinta yang merangkul rasa menemani ceria yang sebentar lagi akan berbalut luka. Karna akan berpisah selamanya.

Begini ceritanya,

Anatasha dan Reza, sejak kecil sampai remaja selalu bersama. Alasan apapun tak pernah membuat mereka berpisah. Tak pula mereka hanya sahabat saja, melainkan sejoli yang tangguh dan kokoh dalam cintanya.

Meski Reza tau Anatasha tak bisa bertahan hidup lebih lama darinya. Hal itu tak membuatnya goyah ataupun menyerah mencintai kekasihnya. Hanya saja, Reza tak kuasa menahan airmatanya manakala Anatasha memintanya pergi dan mencari pengganti dirinya yang tak sampai 1 bulan lamanya menikmati dunia.

Bukit berbunga, tepat dibelakang sekolah akan jadi saksi cinta mereka yang setia. Tempat favorit yang sering mereka kunjungi untuk mendengarkan lagu kesukaan bersama, belajar bersama, menikmati indahnya sunset yang jingga, tempat yang penuh akan kenagan manis mereka.

Itu semua akan jadi kenangan yang kemudian akan segera pudar sebagaimana tinta hitam yang melekat pada kertas putih kemudian terkena air lalu memudar dan akhirnya menghilang.
***

Ada pula cinta yang coba memaksa, datang menghantui Reza, memburamkan pandangannya agar Anastasha menghilang dari hatinya. Lantas cinta itu tak kuat merasuk ke hatinya hingga hilang dan berlalu begitu saja. Anatasha lah pemilik hati Reza seutuhnya. Hingga tak ada celah yang tersisa.

Tak sedikit air mata Reza yang tertumpah untuk Anatasha, manakala melihat tempat yang sering mereka lalui berdua hanya akan jadi kenangan.

Tak kalah hebat cinta Anatasha untuk Reza, korban rasa jadi hal biasa untuknya. Berpura-pura lupa telah mencinta, menyiksa hatinya demi kebohongan belaka. Hingga Reza tak terluka lagi dihatinya. Meski ceroboh tapi Anatasha melakukan yang terbaik untuk kekasihnya.

Tak terasa sampai pada waktu dimana 1 bulan kebersamaan mereka hanya tersisa 1 jam saja.

T ak banyak yang bisa dipersembahkan Reza untuk Anatasha yang waktunya hanya tersisa satu jam saja. Kemudian handphonenya berdering. Tak lama membuka handphone, airmatanya bercucuran di pipi. ‘waktu anda tersisa 1 jam’ begitulah tertulis pada catatan handphonenya. Pantas airmatanya berderai.

“Kenapa Reza menangis.”

“Aku hanya bahagia pernah berdampingan denganmu. Airmata ini sepertinya tulus keluar dari mataku,” Reza hanya tersenyum agar Anatasha tak mengkhawatirkan perasaannya.

“Meski itu bohong tapi aku bahagia mendengar ucapanmu,” tepisnya ragu perasaan Reza.

Reza hanya tersenyum. Kemudian bergerak, jalan menuju Anastasha.

“Hanya ada satu jam waktuku bersamamu, lalu apa yang kamu inginkan dariku? Apa aku harus melompat dari gedung tertinggi itu,” ujar Reza menunjuk gedung paling tinggi ditempat mereka berada, “Atau kamu mau aku menunggumu kembali?” lanjut Reza.

Airmata tulus mulai meleleh dari mata Anatasha. “Sudah saatnya cintamu diperbarui!!! Hari ini kurasa cintamu sudah sampai dibatas akhir.”

“Kalaupun kudapatkan kesempatan itu. Aku hanya ingin memperbarui cintaku dengan orang yang sama bukan dengan yang baru.”

“Bagaimana jika orang yang sama itu tiba-tiba menghilang?”

“Aku akan menunggunya kembali!!! Kapanpun aku menemukannya, aku akan mencintainya lagi. Seperti ini, iya benar-benar seperti ini.”

Anatasha menangis tanpa suara, melangkah tak bernada, kemudian bergerak, berdiri tepat membelakangi lelaki yang di cintainya.

“Waktumu hanya tersisa setengah jam. Lalu apa yang kamu inginkan dariku?”

“Gendong aku kemanapun kamu mau, kemudian bila aku diam, jangan pernah menoleh kebelakang. Jangan pernah berbalik melihatku, biarkan aku menghilang.”

“Sekali lagi aku mohon, saat aku tiada jangan pernah berbalik untuk mencariku, biarkan saja aku menghilang. Kumohon biarkan aku jadi bagian terindah dimasa lalumu. Biarkan aku tergantikan oleh orang lain.” Lanjut Anatasha terbata-bata dengan airmata yang membasahi pipinya.

“Bagaimana kubisa lakukan itu? Sementara sebentar saja aku tak melihatmu, aku berlari mencarimu. Mungkinkah aku bisa membiarkanmu pergi untuk selamanya? Aku tak akan menemukanmu lagi meski aku berlari lebih cepat dari biasanya.”

“Sebelum bertemu denganmu, aku hanya punya lem dan benang ditepian hatiku. Kemudian kamu datang merajut hatiku dengan benang itu, dan kamu kuatkan rajutan itu dengan lemnya. Lantas, bagaimana ia akan terbuka lagi?” lanjut Reza dengan airmata yang perlahan menetes.

“Biarkan ia sampai mengeras, tak lama ia akan pecah. Kemudian ada celah yang terbuka disana. Perlahan benangnya akan putus karna rapuh. Lalu ia sepenuhnya akan terbuka.”

“Tidak….! Jika benangnya putus dan hatiku terbuka, aku akan merajutnya kembali, meski itu menyakitkan. Tapi aku akan melakukannya.”

“Biarkan saja ia terbuka.” Suara Anatasha mulai letih, matanya terpejam. Tak lama badannya memberat.

Akhirnya, cinta mereka berhenti pada masa yang berbahagia. Dimana mereka saling tau apa yang dirasa, meski airmata yang jadi saksinya. Cukup yang dicinta tau apa yang di rasa, itu sudah cukup untuk bahagia.

SELESAI

Fahrial Jauvan Tajwardhani
Profil penulis:

Nama Lengkap: Fahrial Jauvan Tajwardhani
Panggilan : Jauvan
Agama : Islam

Jejaring sosial

Facebook : Fahrial Jauvan Tajwardhani
Twitter : @FahrialJauvan
Cerpen lainnya: Izinkan Aku Hidup

Akhir Kisah Kita


Oleh: Sania Dewanti
Pagi ini matahari baru muncul dari ufuk Timur. Kaca jendela rumahku masih basah oleh embun, suasana dingin menyergapku sampai menusuk tulang. Pagi ini rasanya malas sekali keluar dari tempat tidurku dan pergi ke sekolah. Kalau tidak dibangun paksa ibu,aku pasti bakalan kebablasan bangun sampai siang. Seperti biasanya ayah mengantarku ke SMA 123 yang cukup terkenal di Bandung. Sesampainya di gerbang cepat-cepat aku berlari menuju kelas. Aku mengumpat “Huh,masih harus naik 2 anak tangga lagi,bakalan terlambat nih!”. Sesampainya di pintu kelas,ternyata bu Murni sudah mengabsen muridnya dari tadi. Bu Murni yang melihatku diluar kelas langsung menutup pintu dan tidak memperbolehkanku masuk. Dengan langkah lunglai aku duduk di bangku depan kelasku dan menunggu sampai pelajaran Biology selesai. “Aduh,sial banget sih aku hari ini!Harusnya tadi gak usah pake acara sarapan dulu dirumah”,aku memaki diriku sendiri.
    Tak lama kemudian dari kejauhan aku melihat seorang anak laki” berlari lari. Kutajamkan penglihatanku. “Astaga! Itu kan Kemal! Jadi dia telat juga”,teriakku. Kemal adalah teman yang paling pintar dikelasku. Dia itu orangnya nyebelin sekaligus cowok yang kusukai semenjak aku duduk didepannya. Sekarang dia udah berada di depanku. “Bu Murni udah masuk kelas ya?” tanyanya dingin. Aku mengangguk. “Dasar! Mau nanya aja sikapnya udah angkuh begitu”pikirku dalam hati. Dia pun duduk di bangku sebelahku dan menunggu sampai bel pelajaran pertama usai. 10 menit kami diam tanpa bicara. Akhirnya aku ngajak dia ngobrol,sekaligus nanya soal mtk. Dia kan emang paling jago mtk dikelasku. “Eh,kamu udah ngerjain tugas Mtk belum?Boleh nanya gak?”tanyaku. “Sudah, lo mau nanya?Sorry ya gue lagi sibuk!” katanya masih bernada dingin. Aku jadi diam. “Huh,sibuk apanya?!Dari tadi juga main hp. Bilang aja gak mau bantuin.”kataku dalam hati. Kami masih duduk sampai bel pelajaran pertama usai.
    Kriiiiiiiiiiiing. Bu Marni pun keluar dari kelas. Aku dan Kemal segera masuk dan duduk ditempat duduk kami. Saat pelajaran Mtk pun di juga nyebelin setengah mati.”Sssst,Kemal. Tunjukkin rumus yang nomor 2 dong”,kataku sambil memohon. “Nomor 2? Masa nomor 2 aja lo gak tau sih.Pasti lo gak merhatiin guru nerangin tadi ya?Lo cari aja di buku!Salah lo sendiri gak merhatiin”,bukannya ngasih tau,dia malah marah-marah.Aku udah kesel banget. Sampai saat bel jam pulang pun aku masih kesal dengan Kemal. Saat jalan kaki menuju rumahku,aku marah” gak jelas. “Ih,salah apa sih aku sama Kemal!Kok dia jahat amat sih.Aku doa’in dia dapat musibah”,kutukku. Eh,gak taunya malah aku yang jatuh. Gara gara marah marah aku sampai gak ngeliat parit yang cukup dalam didepanku. Duh!Rasanya sakit banget.Gak kuat berdiri. Mana gak ada orang lagi buat dimintai tolong. “Heh!Mau berapa lama lo diem disitu”,kulihat arah sura itu berasal.Ternyata……Kemal! “Bisa berdiri gak?”,tanyanya. Berusaha kugerakkan kakiku,rasanya sakit sekali.Ternyata dia mengerti keadaanku langsung memapah tubuhku dan menggendongku ke belakang. Aku kaget,baru kali ini aku digendong,sama cowok pula!Dan cowok yang kusukai lagi. Mimpi apa aku semalam,meskipun dia nyebelin,tapi gak pernah ngurangi rasa sukaku dengannya.Aku jadi tersenyum sendiri. “Eh,rumah lo dimana sih? Dideket sini ya?,tannyanya. “Iya,diperumahan sana belok kiri,terus dipertigaan belok kanan.Nyampe deh”,ujarku. “Oh,terus kenapa lo bisa jatoh tadi?dasar bego!”katanya. “Gak kok,tadi cuma kepeleset aja”kataku berbohong.Gak mungkinkan aku jawab kalo aku jatuh karena mikirin dia. “Kemal,aku mau nanya,kok kamu sentimen sih sama aku tadi di sekolah. Aku kan cuma nannya baik baik,jawabnya malah ketus begitu. Kan kita bisa jadi temen”kataku. “Soal yang itu gue minta maaf deh.Abis lo sih!Gue tu lagi serius ngerjain soal malah lo ganggu”katanya “Serius nih?Berarti kita udah temenan kan?”ujarku berseri seri. “Terserah apa kata lo deh. Nih udah nyampe.Badan lo kecil tapi beratnya minta ampun”. Aku pun nyengir dan cuma bilang makasih dengannya. Dengan jalan terpincang pincang aku masuk kerumah. Hari ini seneng banget!
    Semenjak kejadian itu sikap Kemal kepadaku berubah.Kami jadi akrab.Main bareng bareng,jajan bareng bareng,belajar bareng bareng,tidurpun bareng bareng(haha,gak mungkin lah). Tapi semenjak sebulan terakhir,Kemal menghindariku dan gak mau main denganku. Sampai suatu hari aku melihatnya bergandengan tangan dengan seorang cewek berkulit putih dan cantik didepan gereja seusai dia berdo’a. Hatiku saat itu remuk. Malamnya aku berdoa, “Ya Allah,salahkah bila aku tulus mencintainya? Aku tau kami berbeda keyakinan. Tapi aku tak bisa bohong kalau selama ini rasa sayang ini semakin bertambah. Aku mencintainya hanya karenaMu ya Allah. Jikalau kami berjodoh nanti,maka dekatkanlah kami”,aku berdo’a khusyuk sekali.
    Seminggu berlalu Kemal tidak masuk sekolah.Kudengar kalau dia masuk rumah sakit. Sorenya langsung ketumui dia di rumah sakit. Aku terkejut melihat kepalanya yang sedikit botak “Kemal,kamu kok sebulan ini ngehindari aku sih?Terus kok bisa dirawat dirumah sakit?Sakit apa?”,tanyaku cemas.Kemudian dia memegang tanganku.Aku kaget,tapi tidak kutolak tangannya memegang tanganku. “La,gue pengen ngomong jujur ke elo.Sebenarnya gue ngehindarin lo biar bisa ngilangin perasaan suka gue ke elo.Gue sayang sama elo!”. Aku kaget bukan main.Jantungku berdegup kencang.Kemal?Suka sama aku? Impossible! “Ah,kamu.Jangan bercanda?Udah sakit masih sempat sempatnya bercanda”,kataku masih tak percaya. “Gak,gue gak sedang bercanda.Gue suka sama elo La. Gue ngehindari lo karena kita berbeda keyakinan.Dan gue tau itu salah.Tapi gue gak bisa bohong dan nutupi rasa sayang gue ke elo. Dan juga sekarang gue kena penyakit Kanker otak semenjak gue sd. Gue gak mau nyusahin elo karena penyakit gue ini”katanya. Apa!Kemal kena kanker? Rasanya aku ingin sekali menangis. “Mal,aku tau kita gak seiman.Aku meyakini Allah S.W.T sebagai Tuhanku dan kamu meyakini Isa Al-Masih sebagai Tuhanmu.Tapi hendaknya jikalau kita berjodoh,Tuhan gak bakalan misahain kita dengan penyakitmu ini”,kataku sesegukan. “La,udah jangan nangis.Gue gak suka liat lo nangis.”katanya sembari ngusapin air mataku. “Makanya jangan buat aku nangis dong,kamu harus kuat.Kemal yang kukenal adalah cowok yang kuat dan gak pernah mau kalah”,kataku berusaha tersenyum. “La,kamu mau gak nurutun permintaan ku. Satuuuu aja”,pintanya. Aku mengangguk,ini kali pertamanya di bicara menggunakan aku-kamu. “Tolong kamu ajari aku sholat,aku tau kita pasti bisa bersama jika kita satu keyakinan. Sekarang umurku udah 18 tahun.Aku berhak menentukan jalan hidupku sendiri.Mama Papa pasti ngijinin aku masuk Islam.Dan aku mencintaimu hanya karena Allah”katanya lemah. Aku terkejut karena disaat keadaannya seperti itu dia malah minta diajarin sholat dan ingin masuk islam. Aku pun membantunya berdiri dan membantunya berwudhu. Lalu mengajarinya sholat. Setelah itu sayup sayup kudengar dia mengucapkan “asyhadu an-laa ilaaha illallaa, wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah”. Aku kaget bukan main.Ternyata dia hafal 2 kalimat syahadat tanpa kuketahui sebelumnya. Dan disaat itu pula nafasnya berhenti dan meninggalkanku selamanya. Aku menangis sejadi jadinya. Tapi aku tau,ini sudah takdir Allah. Aku tak boleh menyesalinya. Kemal….adalah cowok pertama yang mengenalkanku apa artinya cinta dan kasih sayang dan kewajibanku sebagai seorang Muslim
TAMAT

Nama: Sania Dewanti
Alamat E-mail: setan.cantik@rocketmail.com
FB: Sania Dewanti

Wednesday, 27 August 2014

DEWIKU


oleh: Ibnu Sinyal
pagi buta saat semua anak dikelasnya sibuk menyalin pe-er dikelas ardhi tampak gelisah mondar mandir didepan kelas sesekali wajahnya menatap kearah pintu gerbang dan wajahnya pun kembali murung. wajah ardhi semakin

cemas saat matahari mulai meninggi.. dan wajahnya mulai cerah saat dia melihat seorang gadis manis dengan tas

selempang berjalan kearahnya.. gadis itu zara gadis yang sedari pagi dia tunggu-tungu kehadiranya dengan mimik

sumringah ardhi menyambutnya.. "hai kemana aja sih jam segini baru datang aku kan kuatir ntar kamu telat trus dihukum" koar ardhi begitu

zara ada didepannya. zara tampak bersikap dingin dan mengambil sesuatu dari dalam tas selempangnya , zara mengeluarkan buku tugas

kimianya lalu menyerahkannya pada ardhi.

"udah gak usah basa-basi kamu nungguiin aku mau nyontek pe-er kan nich..." ujar zara dingin.

" hee hee tau aja kamu,, abis semalam aku ketiduran" bales ardhi cengengesan.

"ketiduran kok tiap hari bilang aja.. males buruan salin deh ntar keburu masuk lagi "

" ya udah ku nyalin dulu ya makasih he..he"

"iya " ujar zara males karna udah hampir tiap hari ardhi selalu begitu, manis saat ada butuhnya..

ardhi melesat pergi mencari tempat yang aman untuk menyalin tugas . sementar zara masuk kedalam kelas yang riuh oleh mahluk2 malas yang

belum mengerjakan pe-er . mereka duduk menbundar mengelilingi sebuah buku yg pe-ernya sudah dikerjakan. sambil sesekali melirik jam

dinding lalu buru-buru kembali menyalin dengan raut muka yang pucat pasi takut bel keburu berbunyi .. sebelum mereka sempat menyalin

semua .. ditengah kapanikan teman 2nya yang saling tarik - buku catatan itu .. tiba2 ardhi muncul sambil menggedor-gedor papan tulis.

"to..tok huh gimana negara kita mau maju kalo terus-terusan begini.. pe-er dikerjakan dirumah hoi.." koar ardhi menambah panik seluruh

suasana yang langsung mendapat reaksi keras dari temen2nya yang kalang kabut menyalin tugas disisa-sisa waktu mereka.

"huuuuuh kayak lo ya nggak aja..!"Protes anak-anak sewot campur panik

ardhi berjalan penuh kemenangan diantara kerumunan temen_temannya yang panik bukan kepalang membayangkan seandainya tidak selesai

 menyalin bakalan digantung MR . yon sebutan mereka untuk guru kimia mereka yang galaknya naudubilliah.. ia langsung menghampiri zara

yang tersenyum geli melihat tingkah ardhi.

"huh makasih ya za atas pengertian lo..! nih bukunya " ujar ardhi yang menyalin lebih cepat karena bukunya gak rebutan dan emang sudah

terbiasa nyalin pe-er dengan waktu yang singkat

"perez lo kalo gini aja maniis banget ! coba kalo gak butuh pasti aku cuekin, dasar"

"ow-ow nggak akan dan mungkin ardhi nyuekin gadis multi talent kayak kamu za" koar ardhi dengan rayuan basinya, karna zara udah terlalu

sering digituin .

"ugh ga ada yang lain apa"

"hee belum ngarang nich kasih ide donk..! " koar ardhi cengngesan.

"mmm dhii!" panggil zara malu-malu.

" apaa!"

" aku bisa minta tolong nggak ? tapi kalo nggak bisa juga nggak papa koq" ucapnya ragu-ragu.

" ya ampun za.. ! kalo aku bisa pasti aku mau apaan sih" tanya ardhi penasaran .

"bener nih"

" yakin deh.. apasih yang nggak buat lo auww"

tiba-tiba ardhi di cubit keraas sama zara.

" gombal.. lo..! mm ntar sore anterin ketoko bukunya bisa kan " pinta zara penuh harap.

" ntar sore" ardhi tampak mikir2 sementara zara berharap2 cemas.. " bisa ..! aku anterin" ujar ardhi mantap.

" bener loya awas lo..! jam tiga sore yaa"

" siip! tapi beliin bensin ya lagi bokek nih hee hee!" ujar ardhi cengengesan.

"dasar pelit ! kalo buat cewek lain aja nggak bokek"
-------------------- ----------------------- ---------------------------------------------

dan benar sore hari ardhi menepati janjinya mengantarkan zara ketoko buku mereka berpisah zara sibuk dirak buku tentang sains sementara

ardhi sibuk membaca komik sinchan yang sudah kebuka dasar nggak mau rugi ardhi membaca dengan asyiknya tanpa ada rencana buat beli.

hinga akhirnya ada tangan lembut yang menyentuhnya.

"hei dhii balik yuk" ujar zara mengagetkan ardhi yang lagi asyik baca komik.

" eh udah selesai za nyari bukunya cepet amat"

" ya aku kasian ma kamu pasti bosen nungunya"

"nggak koq' justru aku seneng jadi bisa baca komik gratis hee hee"

zara tersenyum geli melihat ardhi yang udah gede ternyata masih suka baca sinchan.

"sukur deh nih aq ad sesuatu buat kamu.." ujar zara menyerahkan sebuah buku kumpulan rumus-rumus ipa..

"oh makasih za. kebetulan aku juga nyari buku ini lo" ujar ardhi basa basi padahal baru liat sampulnya aja ardhi udah pusing2 belum menbaca

bisa meriang dia.  tapi karena zara yang ngasih ardhi pura-pura suka.

" dhi aku ngasih ini berharap dengan ini kamu mulai mau ngerjain tugas-tugas kamu sendiri..! jangan ngandalin aku terus bentar lagi kan UAN..

maaf ya dhi bukannya aku gak mau nyontekin kamu terus tapi aku pengen kamu sukses dhi..! karna aku nggak mungkin akan bantuain kamu

ngerjain tugas terus" terang zara panjang lebar , membuat ardhi terdiam tak menyangka zara sebegitu memikirkanya, ardhi jadi merasa

bersalah selama ini hanya memanfaatkan zara yang begitu baik padanya.

ardhi masih terdiam tak bisa berkata-kata apa-apa lagi.

"dhi maaf kalo aku nyinggung kamu, kamu boleh koq nggak nerima ini,, dan nyegat aku tiap pagi buat nyontek pe-er" ucap zara merasa nggak

enak hati melihat ardhi hanya terdiam.

"huuuh kamu bener za aku nggak bisa terus ngandalin kamu ! suatu saat aku harus berdri sendiri maksih atas bukunya .. kamu mau kan nganjari aku"

"pasti dhi......! asal ada uang privatnya aja hee hee" ujar zara cengengesan.

"dasar...!"

------------------ --------------------------- ------------------------------------

zara berjalan santai menuju kelasnya pagi ini
 ardhi masih menyegat dia untuk nyontek pe-er tapi makin jarang-dan jarang ,sampai akhirnya tak pernah lagi menunggu didepan kelas untuk

nyalin pe-er lagi walau zara kadang merasa kehilangan tapi dia senang melihat ardhi bisa berubah.

ardhi tiba-tiba menghampiri bangku zara sesuatu yang belakangan jarang dilakukannya.

"hai za"

" ardhi tumben..! da perlu apa nih" ujar zara yang sebenarnya kangen semenjak ardhi bisa ngerjai semua sendiri ia jadi jarang nyamperin zara
lagi.

"aku kesini gak pengen bicara soal pelajaran lagi .tapi pengen ngajak kamu nonton mau ya.. ya..!" ujar ardhi sambil mengedip-ngedipkan mata

konyol.

"boleeh" jawab zara sanbil tersenyum super manis pada ardhi, ungkapan rasa kangen belakangan jarang berbincang....
***


PENULIS: IBNU SINYAL
ALAMAT FACEBOOK : IBNU SINYAL ALMAGHRIBI
ALAMAT EMAIL        :  RADENSINYAL@GMAIL.COM
..............................................................................................................................................................

Simphoni Cinta Bumi


Oleh:Riani Dian Almaida
Mentari baru aja kasih sinyal buat ke bumi. Tapi aku sudah harus mengenakan seragam smp. Dengan kepangan yang bikin aku agak cupu. Jadi wajah ku yang imut ini gak akan ternikmati oleh setiap para penjantan tangguh diluar sana. Dianter dengan pak min ke sekolah baruku. Hari ini adalah hari pertama aku MOS jadi aku harus berangkat lebih awal.
Udara pagi menyapa tubuhku dalam perjalanan. Tas karungku melambai kena terpaan angin. Dan mulai menyibakan rokku yang pendek. Panitia yang gila pangilan kakak, mulai membentakku agar aku lekas masuk ke dalam sekolah itu. Aku mulai berlari. Tapi apa mau dikata aku emang udah telat koq. Disebelahku ada anak dengan rambut yang bikin bu lita menyukur habis rambutnya. Dengan santai dia mengisap amunisinya. Dia mulai melirikku. Dia menawariku amunisinya. Dengan otomatis aku menolaknya. Dia mulai kembali santai dengan amunisinya. Dan gak butuh waktu lama buat masukin dia dalam daftar orang terlarang buat aku deketin.
“Monyet…!!!” panggil kak aflahal. Aku tau dia manggil pake nama papan. Dan aku mau liat siapa yang bakalan dikerjain abis-abisan ama kakak yang galak ini. Tapi kenapa semua pada ngeliatin aku yah? Dude sial sekali ternyata itu namaku sendiri.
Dengan males aku berjalan kearah kak al. “kamu sebutin nama lengkap kamu?” ucap kak al. Aku meliriknya buat mastiin apa yang tadi dia tanyain. Dia bbalik menatapku. “ak..aku Karaya Dion AM.” Ucapku lancar. Huft…untung deh Cuma pertanyaan kaya gitu doang. “AM nya apa tuh?” Tanya kak diya panitia yang paling galak menurut temen-temen baruku. Ada sahutan lain dari jaman es di sudut lapangan. “anak monyet kali kak!” sahut cowo jelek dan dekil itu. Aku Cuma bisa diem aja. Buliran air mataku mungkin sudah sampai pos penjagaanku. Aku beranikan diri menjawab ocehan yang sama sekali tidak ada gunanya. “bu…bukan tapi alisya maharani kak.” Jawabku lancar. Alhamdullilah yah akhirnya lega juga. “emang kamu pikir kamu siapa seenaknya ngomong hah?” Tanya kang lucky kepada cowo tadi. Dan dalam sedetik pula aku mendengar tamparan kerasyang mendarat ke pipi cowo tadi.
Cowo itu Cuma tenang dan diem aja. Mengelus pipinya yang kuning bersih tanpa jerawat. Dan dalam persekian detik aku menyaksikan tragedy berdarah saat itu juga. Aku hanya diam gak mampu buat melerai mereka berdua. Kakak yang ada disitu membawaku. Aku gak tau apa yang bakalan terjadi ama cowo itu.


Setelah kejadian kemarin rasanya aku ingin sampai ke sekolah. Aku ingin tau cowo itu baik-baik aja atau gak. Meski burung hantu belum tidur aku udah mulai prepare. Ku turuni tangga kulihat ayah sibuk menyiapkan makananku. Setelah bunda meninggal ayah yang ngurusin semua yang aku butuhkan meski dia sibuk dengan pekerjaannya. Cepat-cepat aku lahap nasi goreng buatan mbok min. Ayah menatapku dengan kening mengkerut seperti buah persik menurut bunda. “kamu ayah anterin yah sayang?” Tanya ayah. Aku mengganguk otomatis.
Ayah dan aku selalu bercerita karena kami tau gak ada waktu untuk sekedar berdua liburan. Setelah menjemput Debbie, kita semua ke sekolah. Disana ada kakak panitia yang sibuk nyiapin peserta MOP.
Teman-teman ku yang lain sudah pada datang tapi hanya cowo itu yang aku cari. Batang jidatnya aja gak keliatan apalagi idungnya. Aku mulai mengikuti acara-acara MOS. Siangnya cowo itu juga belum ada. Aku juga udah Tanya ke kak al tapi tuh cowo botak binti nyebelin malah nyuruh aku ke lapangan yang katanya mau ada promo exskul atau apa lah. Aku, Debbie, dan ima lagi ngeliatin promo exskul gitu. Pas pencinta alam, aku ngeliat sosok yang aku cari. Ima dan Debbie menoleh padaku. “nah sekarang kita akan melakukan revling.” Ucap kak dilfi yang katanya ketua gitu. “yang akan melakukan revling adalah kak bumi.” Ucapnya lagi. Damn kena bom kaya tempat dudukku. Dude ternyata dia bukan satu kelas ama aku tapi dia itu kakak kelas aku. Kayanya mau deh masukin muka ke plastic. Huhuuu….malu kali aku ini.
Bumi tersenyum samar. Dengan cekatan dia melakukan revling. Tapi aku gak peduli ama tuh cowo. Dengan muka merah merona karena malu aku berjalan lesu. Masuk ke dalem ruangan ngambil baju pramuka. Dengan gontai aku ikuti langkah kaki ima dan Debbie ke mushola buat ganti baju. Setelah ganti baju, aku bengong di teras mushola. Disemak deket mushola ada suara gemerisik. Lamunan ku hilang dalam sekejap. Aku mulai melangkah kea rah semak siapa tau ada negri dongeng di baliknya. Tapi yang aku liat Cuma cowo nyebelin tadi yang lagi ngisep amunisinya. Dia melirik ke arahku. Tapi sikapnya langsung berubah gak peduli lagi. Aku duduk disebelahnya. Aku mengamatinya dengan seksama. Dan dalam tempo sesingkat-singkatnya dia balik menatapku. “gue boleh minta amunisi lo gak? Gue pengen tau rasanya ngisep amunisi itu kaya gimana.” Sindirku. Dia menatap ku lagi. “kalo mau nyoba jangan di deket gue. Amunisi bokap lo aja ambil.” Ucapnya dengan perlahan beranjak dari tempatnya. Aku mengikutinya dengan pandangan. Dia menoleh kembali. “thanks yah udah khawatir ama gue dion.” Ucpanya datar. Dia melangkah jauh dan aku Cuma bisa liat punggungnya. Acara pramuka di mulai. Dari mulai permainan sandi, ampe acara seni yang diisi ama anak baru atau panitia.
Selama acara berlangsung aku Coba buat ngelupain tuh cowo nyebelin. Debbie dan ima lagi sibuk ngeliat kak indra yang ganteng (menurut cewe yang laennya loh). Ada sosok yang mendekat ke kami. Dari reaksinya Debbie pasti yang dateng kak indra. Yups… benerkan kak indra mendekat. “dion yah? Boleh minta tolong ga?” Tanya kak indra. Aku melirik Debbie yang udah mau ngeces gitu. “minta tolong apa kak?” Tanyaku polos. “kasihin kue ini ke bumi yah. Dia lagi ulangtahun hari ini.” Ucapnya. Aku langsung minta pendapat ke Debbie dan bingungnya dia langsung mengganggukan kepalanya. “yah kak.” Jawabku sambil menerima kue yang mungil banget. Kayanya enak deh kuenya. Tiba-tiba aku denger suara petikan gitar dan suara indah dari cowo nyebelin itu. “ Tercipta Untukmu” nya ungu jadi lebih indah ditelingku. Tiba-tiba ada tangan yang kokoh mengulur di depan wajahku, aku mengapainya dan berdiri disebelah cowo yang nyebelin ini.
“jangan terlalu percaya ama orang lain itu pasal pertama” bisiknya di telingku. Dan sejujurnya aku gak ngerti.
“maksudnya?” Tanyaku.
“gue ga ultah hari ini !” Jawab Bumi.
“hah…” kataku kaget.
Emang yah kalo cewe cantik itu jadi pusat perhatian tapi ga dikerjain juga kali pikirku.
Tapi aku lebih kaget lagi cowo nyebelin ini malah ngasih aku kalung dari stik gitar. Dan mampu membuat anak-anak baru dan panitia bersorak ria melihat kemesraan gratis. Dan aku langsung dapat menyimpulkan bahwa dia bukan Cuma nyebelin tapi gila juga.
Aku langsung kembali duduk setelah lagunya selesai. Malam makin larut dan kami langsung diwajibin buat tidur. Pas mau ke kamar mandi ditemenin ama ima juga Debbie. Aku ngeliat bumi berdiri di deket pintu. “buat lo.” Sambil ngasihin kue yang tadi. Dengan bengong aku menerimanya. Dia pergi ninggalin aku dan yang laennya. Diruangan aku mikirin sambil megang kalungnya. Dan ternyata mikirin dia bikin kantuk itu nyerang mataku.
Paginya aku pulang dengan dijemput ama ayah. Huft…sambil baca buku aku mikirin bumi. Cowo aneh itu keren sih. Dan untungnya ayah ngajak aku pergi jalan-jalan dari pada bengong pentingan jalan-jalan kan.


Sudah seminggu lebih aku sekolah. Tapi selama seminggu juga aku gak ngeliat cowo aneh itu. Aku menatap kalung dari bumi. Detik kemudian bel sekolah bunyi. Hari ini belajar udah efektif. Dan sekarang pelajaran seni music bu mitha ngajarin kita nyanyi gitu. Minggu kemaren udah di ajarin nyanyi ama bu mitha orangnya baik banget. Kami semua nunggu kedatengannya. Langkah sepatunya sampai ke depan kelas. Bu mitha dengan tenang masuk ke kelasku yang rame banget. Tapi dibelakangnya ada cowo tinggi yang aku kenal. Oh my god kak bumi koq ikut sih. Mulai saat ini aku mulai biasain diri buat manggil dia kakak. Meski nyebelin banget. Bumi dengan mukanya yang putih mulus bersih. Muncul di hadapanku. Tepatnya di hadapan kami. “maaf yah anak-anak hari ini ibu gak bisa ngajar dulu. Tapi kalian tenang aja ada kak bumi yang bakalan ngantiin ibu hari ini.” Dan selama pelajaran berlangsung perasaanku jadi berubah. Kagum,keren dan takjub jadi satu tentang dia.
Dua minggu telah berlalu setelah kejadian bumi ngajar nyanyi di kelasku. Hari ini anak Pencinta alam mau ngadain pengenalan alam. Nah ima ngajak aku ama Debbie buat ikutan. Males sih udah ada cowo nyebelin itu. Dan aku juga denger kalo ima ama dia udah jadian gitu. Emang sih aku gak tau itu bener apa gak. Tapi akhirnya aku ikut aja. Pengen tau alam itu kaya mana. Seminggu kemudian Mereka semua siap-siap buat berangkat. Make truck yang agak kecil. Kita menuju ke Padarincang, disebuah curug. Aku, Debbie dan Ima berdiri dideket badan truck. Debbie dan Ima emang bisa liat pemandangan, tapi aku agak susah buat liat pemandangan karena aku lebih pendek daripada Ima yang tinggi dan langsing. Atau Debbie yang agak tambun tapi tetep tinggi. Sedangkan aku lebih pendek dan lebih kecil dari mereka.
Ada sesuatu yang memohok kakinya. aku menoleh kebelakang. Siapa sih yang memohok kaki gue? Demen amat ama kaki gue. Ternyata Bumi berdiri dibelakangku.
“dah lo naik ke kaki gue. Daripada jinjit gitu.” Ucap Bumi.
“ga makasih.” Jawabku ketus. Turun gengsi dong harus berantem ama temen barunya Cuma gara-gara cowo gak banget.
“dah lo naik ke kakinya Bumi aja. Makanya jangan kebanyakan minum susu jadi pendek kan.” Sahut Ima diikuti cekikikan dari Debbie dan Ima. Awas yah pulang ini gue cundacuki tar lo berdua.
Dengan perlahan aku naik ke kaki Bumi. Aku bisa liat pemandangan dengan cara itu. Tapi aku juga bisa mencium wangi yang cowo banget dari badannya Bumi. Malahan aku dapet yang plus-plusnya. Yup bisa kelindung dengan pundak Bumi yang bidang banget. Suasana tambah jadi lebih indah dengan sunset didepan mata kami. Coba aja Bumi gak jadian ama Ima gue pasti dah deketin. Pikirku konyol.
Hari udah agak lewat maghrib. Aku baru turun dari kaki Bumi. Aku menghadap kebelakang dan dapat menatap dada Bumi yang kayanya kuat banget.
“hmm…sorri lo pasti cape. Lo mau duduk.?” Tanyaku sambil mempersilahkan Bumi duduk disamping Ima. Tanpa jawaban Bumi udah duduk dideket Ima. Dan dengan hati-hati aku juga duduk dideket Bumi. Aku bisa liat Bumi memegang tangan Ima. Aduh…bikin hati hancur lagi. Kayanya sekarang lagunya olga yang “hancur hatiku” udah bergema ditelinga ini. Aku hanya menunduk. Ampe tidur. Dan gak sadar kepalanya udah nyender dipundak Bumi.
Bumi hanya membenarkan kepalaku pada pundaknya. Kak Dilfi berjalan mendekati Bumi dan memberikan Bumi minuman mineral. Kak Dilfi cuma senyum dan menyentuh tangan Ima dan Ima dengan gerakan cepat membuka mata, Ima cuma senyum canda pas ke bumi.
Truck berhenti pas bedug isya baru aja selesai. Aku terbangun dan menatap Bumi malu-malu saat mengetahui posisinya. Bumi mengajakku turun. Kak dilfi bikin barisan karena kita udah pada mau berangkat. Aku berdiri di tengah antara ima dan Debbie. Beberapa kali Bumi lewat disampingku. Tapi aku BT ama Bumi. Tadi aja dia manis sekarang dia emang manis tapi malah ngisep amunisinya tanpa dosa dihadapan wajah manisku ini. Aku mulai ada niat buat istirahat meski aku tau kalo Debbie ama Ima udah jauh. Aku mulai ngincer batu yang ada dihadapanku.
Aku mulai jalan buru-buru tapi untung tak dapatku raih. Kakiku nyandung batu aku mulai semponyongan badanku oleng kearah jurang dan mulai menggelinding. Bumi yang melihatnya langsung turun ke jurang pake modal nekat. Bumi gak bisa jaga keseimbangannya badannya juga oleng, Bumi tergelincir dan mulai menggelinding kearah sungai.
Dipinggir sungai kepala Bumi kebentur ama batu. Bumi ampe gak sadarkan diri. Sedangkan aku mulai ngerasain perutku penuh air. Dan untungnya ada batu besar yang menahanku. Tapi aku udah gak sadar. Bumi mulai sadar dari pingsannya. Bumi memegang kepalanya ada sedikit darah yang mengucur, tapi darahnya udah beku karena hawa dingin yang ada. Bumi mulai menyisiri sungai. Meski jalannya tertatih-tatih Bumi tetep nekat buat nyari aku.
Bumi menginjak sarung tangan yang dipake aku tadi. Bumi langsung mencariku disekitarnya. Bumi langsung kaget pas liat aku ngambang diantara batu sungai yang gede banget. Bumi langsung nyebur dan jalan didalam sungai buat nyampe dibatu. Ampe akhirnya Bumi nyampe ke batu itu. Tangannya mengenggam erat tanganku.“Dion bangun…bangun ion….” Ucap Bumi berusaha menyadarkanku dari pingsan. “buka mata lo ion…bangun please…bangun ion.” Ucapnya lagi.
Ampe akhirnya aku mulai membuka mataku pelan-pelan. Aku menatap Bumi dengan tatapan yang haru. Bumi menggendongku ke pinggir sungai. Aku Cuma bisa pasrah saat Bumi menggendong tubuhku yang mungil. Bumi menyiapkan api untukku dan dia. Bumi gak ngijinin aku buat bantuin dia. Aku menatapnya. “kenapa?” Tanyanya singkat. Aku hanya menggeleng otomatis.“makasih yah udah nolongin gue” ucapku padanya. Dia hanya mengangguk pelan. “kalungnya masih lo pake kan?” Tanyanya spontan.
Aku langsung meraba leherku dan aku baru tau kalo kalung itu udah gak ada di tempatnya. Aku memandang sedih bumi. Bumi senyum. Senumnya keren banget.“udah gak papa tar gue bikini lagi” ucapnya macho. “gak…gak usah gue takut ima tar marah” jawabku tanpa pikir panjang. “kenapa adik gue kudu marah?” tanyanya. Oh my god ternyata ima bukan pacarnya. “bukan pacar lo yah.?” Tanyaku. Dia menggeleng dengan senyuman.
Siang makin beranjak bumi mengendongku sampai ke pasar. Aduh dapet bagian lagi deh. “lo tau gak kenapa gue selalu seneng di alam?” tanyanya. Aku menggeleng. “karena alam selalu ngajarin music yang indah setiap ketemu gue.” Jawabnya. “emang bumi bisa nyanyi?” tanyaku polos. “bumi yang mana? Kalo gue mah kayanya bisa tapi lebih hebat nyanyiannya bumi alam.” jawabnya.
Gak kerasa aku makin memeluknya dengan erat. Udah nyampe dipasar kita nyari mobil tumpangan. Untungnya kita dapet mobil nyampe ke cilegon. Aku duduk disebelah bumi. Lama-lama ngantuk juga. Ada tangan yang menyentuh badanku. Aku memang panas tinggi dan saat itu juga bumi bawa aku ke rumah sakit. Dia juga gak lupa buat ngasih info ke ayah ama pak andrian tentang keadaan kami. Ayah khawatir banget.


Mentari menyapa bumi. Memberi kehangatan pada kami. Aku mulai membuka mata. Kulihat bumi terlelap disampingku. Aku menyentuh tangannya. Dia terbangun. Dia menatapku dengan rasa syukur. “cepet sembuh yah.” Ucapnya. Aku langsung menggeleng. Tubuhku bergetar karena satu rasa yang hangat. “gak mau.” Ucapku dengan senyuman penuh arti. “koq gitu?” tanyanya gak ngerti. “aku baru mau sembuh kalo kamu mau jadiin aku nada dalam simphoni nya bumi.” Bumi tersenyum tenang dan tangannya menyentuh keningku.


Dengarkan setiap nada dari alam
Dan saat itu juga manusia
Tau cara menyayangi alam.
Jangan lagi rusak alam kami.





Penulis : Riani Dian Almaida
Alamat : Jln Ir sutami No. 02 Kec. Citangkil, Cilegon, Banten.
Tanggal Lahir : Serang,14 juni 1995
No.Tlp : 087808339649
Email : dianayi@rocketmail.com
Status : Pelajar
Sekolah : SMKN 1 Cilegon
Hobi : Baca buku cerita apa aja,traveling, makan dan dengerin music pastinya.
Cita-cita : Masuk sekolah Perfilman dan jadi penulis naskah sekaligus sutradara hebat amin

Tertutup Rapih Dalam Balutan Seragam Kepolisian


Karya : Abimanyu Putra Pratama
Hari itu sabtu siang di bulan Juni tahun 2009, saya diajak oleh saudara saya untuk membantu persiapan khitanan, ( saudara saya mau sunat saya dijemput dan diajak kesana duluan sedangkang orang tua saya menyusul nanti ). Sabtu siang itu terasa sangat panas hingga menusuk sampai ketulang ( hahahahahah terlalu LEBAY ) setelah 2 jam perjalanan ( maklum jakarta macet, dan saya sudah muntah sampai satu kantong plastik ). Akhirnya kami tiba juga di Jakarta Timur, saya tiba disana pukul 02:00. Setelah melakukan perjalanan yang melelahkan saya pun memutuskan untuk tidur.
Setelah melepas penak dengan tidur ( memang banyak orang memilih tidur untuk menghilangkan penak ) saya bermain bersama saudara-saudara saya. Setelah puas bermain saya pulang, mandi, sholat, dan nonton tv. Tiba-tiba pas saya sedang asyik nonton spongebob squerpants ( maklum masih anak kecil  ) adzan magrib bun berkumandang. Walaupun sedang asyik nonton spongebob saya pun memutuskan untuk shalat dulu, setelah selesai sholat dan makan. Lalu saya diajak mas Topik untuk mengisi bensin.
NAH DISINILAH CERITA DIMULAI “THE STORY WILL BEGIN”
Jadi ceritanya tuh pas lagi mau isi bensin, ada dua rute. Rute via jalan raya ( banyak polisi ), rute jalan kampung ( banyak polisi tiduran ). kami memilih rute jalan raya, setelah tiba dijalan raya mas Topik mengila PART 1. Dia gaya gaya mau jadi Valentino Rossi, setiap mobil diasalip dan pas saya sedang menengok ke belakang saya melihat motor vega-R mengikuti kami dari gang depan rumah saudara saya. Saya tidak begitu ambil pusing, nah pas kami sedang menyalip mobil avanza tiba-tiba motor RX King bermaksud menyalip mobil tersebut. Mas Topik pun kaget dan motor pun menyerempet mobil avanza, setelah berhasil menyalip mobil avanza kami tiba-tiba dijegat oleh orang yang naik motor vega-R. Dia dateng-dateng langsung nyenter plat nomor, lantas kami pun panik dan memutuskan untuk kabur, setelah berhasil kabur, dan pikir panjang. Kami memutuskan untuk berhenti (bukan karena takut sama polisi tapi karena bensin dah sakaratul maut alias ABIS wkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwk :D )
Akhirnya saya tertangkap / BUSTED, kunci motor langsung diambil kami langsung dimarahin.
“kamu ini naik motor gaya-gaya banget masih kecil aja belagu” bentak pa polisi.
Saya dan mas Topik langsung tertunduk diam alis KICEP ABC. Setelah diceramahin cukup lama akhirnya saya dan mas Topik dibawa ke sebuah pemancingan di daerah Klender. Setelah tiba di pemancingan mas topik disuruh untuk menelpon orang tuanya dan pas saat itu lagi ga bawa hp ( apes banget ), yaaaaaaaaa suuuuuuuudahlah terpaksa dia harus ke wartel, sedangkang saya ditinggal sendirian di pemancingan. Dan pas saat itu entah kenapa saat itu saya ingin sekali menanyakan sesuatu.
“pa, bapak sebenarnya polisi atau bukan? Kalau bapak polisi bapak tolong tunjukan tanda pengenal bapak, dan buka helm bapak.” Ujar saya
Tiba tiba saya tangan polisi itu melayang ke muka saya, dan dia berkata “kamu tuh masih anak kecil diam aja”
Saya melihat kejanggalan karna bapak saya seorang tentara ( jiahhh pamer dulu ahhhh ) jadi saya ya sedikit tau mana yang asli sama yang palsu.
Saya pun terus mendesak setelah cukup lama saya mendesak, akhirnya polisinya jengkel juga kali ya sama saya, dia pun memutuskan pergi untuk membeli rokok and aqua gelas,,,,,,, dia kembali menghampiri saya. Setelah cukup lama akhirnya mas Topik pun kembali, setelah mas Topik kembali
“saya sita motor kalian karena kalian tidak bisa menyerahkan surat-surat motor” kata pa Polisi
Kami pun mengiyakan saja, polisi itu pun langsung membawa motor kami. Tiba-tiba ada seorang ibu-ibu, menghampiri kami,
“Dek,dek kelihatanaya kamu sudah ketipu deh.” Kata si Ibu
“Hah???????, maksud Ibu?” sahut mas Topik
“iya soalnya gelagatnya dan bajunya tidak meyakinkan.” Ujar si Ibu
“Ahhh yang bener Bu.” Kata mas Topik
“Iya soalnya daerah klender banyak sekali POLISI GADUNGAN.” Kata Ibu
“Apa GADUNGAN GADUNGAN GADUNGAN (sengaja diulang biar lebih mantep) sontak saya dan mas Topik
Saya diam, mas Topik diam Ibu pun diam, SULE pun diam. Kami pun PANIK MODE ON setelah mondar mandir sana sini. Akhirnya bapaknya mas topik pun datang. Kami pun langsung bergegas ke kantor polisi di daerah klender, setelah kami tiba di sana kami langsung menanyakan ada tidak Polisi yang bernama Briptu Norman ( maaf saya lupa namanya hehehhehehehehehehe : D ) setelah dicek tenyata tidak ada. APA APA APA APA APA ( sengaja di ulang ) kami pun panik. Tanpa pikir panjang kami pun langsung balik ke TKP untuk mencari motor kami, di tengah perjalanan kami bertemu dengan tukang ojek lalu dia mengatakan bahwa motor bapak ada sama temen saya. Tanpa pikir panjang kami langsung CABUT KALANG KABUT LEKAS PERGI, setelah tiba disana alhamdulilah motor selamat hanya tergores sedikit. Jadi ceritanya tuh setelah kami di tinggal di pemancinga Polisi GADUNGAN itu kabur membawa motor yang bensinya sakaratul maut dan ditengah keasyikan pa polisi itu tiba-tiba bensinya abis NGEK NGOK. Dia pun panik dan langsung pindah ke motor temanya yang ada di sebelahnya tanpa menghentikan motornya ( kata saksi ) sontak motor pun jatuh dan koncinya langsung di bawa kabur.
Setelah tiba di TKP kami pun langsung menghampiri rumah itu, dan ALHAMDULILLAH BANGET YA motor masih ada. Kami pun disuruh untuk menebus motor dan menunjukan STNK, BPKB dan membawa kunci motor.
INI CERITA KU APA CERITA MU 

Yang membuat saya sampai binggung hingga saat ini :
a. Bagaimana cara polisi itu berpindah tempat dari motor yang ia tumpangi ke motor temenya yang sedang melaju kencang???????????
b. Kenapa ada SULE di Cerpen saya
c. Dan masih ada aja Polisi yang mau nyolong motor orang yang bensin abis WKWKWKKWKWKWKWKWKWKW POLISI GADUNGAN

Why Should You?

Why Should You? 

Oleh: Binanti Nana - Dalam hidup ini aku merasa sempurna, keluarga bahagia kaya raya, sahabat yang baik bahkan aku memiliki seorang pacar yang sangat baik pula aku tidak pernah menyangka kejadian yang sangat menyakitkan hati ini akan terjadi semua ini bermula dari sesuatu yang bahagia pagi yang sangat cerah aku dan pacar aku merayakan hari jadi kami yang ke-5 tahun di suatu tempat yang sangat indah sekali melati coba lihat seru rangga kepada ku, kami berdua pun duduk bersama menikmati indahnya alam saat itu

Rangga tidak terasa 5 tahun sudah hubungan kita ini berjalan yaw, kata melati benar sekali melati tidak mudah menjaga hubungan kita ini sahut rangga......tapi melati terima kasih untuk semua yang telah kamu berikan kepada ku cinta kasih bahkan untuk semua nya dan maaf melati karena aku tidak akan pernah bisa membalas semua itu....hanya rasa cinta ini yang bisa ku berikan kepada mu sambung rangga tapi melati menganggap yang dibicarakan rangga hanya candaan belaka dan dia menjawab ya tidak apa dengan sekenan nya......melati tidak pernah sadar bawa itu kata perpisahan dari rangga karena tanpa sepengetahuan melati rangga mengidap kanker otak setadium empat dan dokter memperkirakan hidup nya hanya sampe hari ini.....maka dari itu rangga membuat hati melati senang sebelum malaikat maut menjemput nya.


Mereka berdua asyik bercanda tiba-tiba kepala rangga sakit tak tertahan kan...melati pun panik dan berteriak......rangga kamu kenapa ?ada apa dengan kepala kamu rangga tanya melati dengan berteteskan air mata......rangga tak menjawab kata-kata melati rangga terlalu kesakitan
ambulance pun membawa rangga kerumah sakit melati hanya bisa menangis dia sama sekali tidak pernah tau apa yang terjadi pada pacarnya.

Akhirnya keluarga rangga pun datang dan mereka menceritakan semuanya ....maaf kan kami melati karena tidak memberi tahu kamu tentang hal ini kata mama rangga melati tidak dapat berkata apa-apa karena kaget nya.....dokter pun keluar dan dan meminta keluarga rangga termasuk melati masuk kedalam kerena rannga ingin bicara pada mereka.....melati maafkan aku karena tidak memberitahu kamu semua aku lakukan karena tak ingin membuat kamu sedih aku terlalu sayang pada mu kata rangga sudahlah rangga yang terpenting kamu sembuh dulu.....balas melati....terima kasih melati aku bahagia bisa menjadi pacar kamu aku harap dikehidupan selanjutnya aku bisa ketumu kamu lagi sampai jumpa melati!!!!!!!!! tidak rangga kamu jangan pergi semua ini bohong kan rangga teriak melati berteteskan air mata....

Akhirnya Rangga pergi untuk selamanya dengan meninggalkan kenangan yang mendalam di hati Melati

Wednesday, 20 August 2014

catatan-kisahcinta.blogspot.com
THE SECRET OF LOVE

“Jika engkau merasakan cinta pada seseorang, katakanlah. Berani. Jujur dan jangan ragu. Tapi, jika tidak, ucapkanlah dengan tegas bahwa engkau tak menyukainya.”
Kata-kata yang selalu terngiang dan telah terpatri di kepalaku sebelum aku bertemu dengan gadis ini. Gadis manis, berwajah mungil dan berlesung pipi. Gadis elok yang telah mencuri hatiku dan menyimpannya, hingga tak dapat aku temukan pecahan hatiku. Gadis yang mampu membuatku tak mampu berkata-kata. gadis yang mampu membuatku tak dapat mengingat kata-kata yang selama ini telah bersarang di kepalaku. Aku tau, mungkin aku sudah gila atau apalah itu. Aku tak ngerti dan tak paham dengan apa yang sedang kualami sekarang. Yang ku tau hanya aku ingin bersama, menggenggam tangannya dan melindunginya. Aku ingin menjadi seseorang yang mampu menjadi penopang hidupnya. Pengobat rasa sedihnya.
Gadis manisku. Aku ngerasa kamu hanya impian yang tak dapat kugapai. Aku ngerasa tangan ini tidak sanggup untuk meraih tanganmu. Seandainya engkau tau, aku disini menunggumu, menantimu untuk mengambil setengah hatiku yang telah kau curi. Aku ingin kau ada disini, menemaniku. Hidup bersamaku di sisa umurku.

Kututup diaryku, sambil terus membayangkan gadis manisku. Kulihat waktu telah larut malam. Beranjak ku menuju tempat tidur. Aku ingin istirahat dan memimpikan gadis itu. Walau hanya mimpi, aku ingin bertemu gadis itu lagi. Mengobrol dan melihat senyumnya yang mampu membuatku terpana. Kupejamkan mata sambil terus dan terus membayangkan wajah gadis manisku. Hingga lelap dan pulas.
* * *
“Satria….. cepat bangun. Kamu tak pergi melukis hari ini????”
Samar-samar kudengar suara mama yang memanggilku. Dengan berat dan perlahan kubuka mata yang terpejam ini. Kucari-cari jam yang biasa kuletakkan di meja samping tempat tidurku. Betapa kagetnya aku ketika jarum jam telah menunjukkan pukul 09.00, yang artinya aku telah terlambat setengah jam untuk memulai aktifitas rutinku. Membantu orang yang ingin memiliki potret diri. Segera aku mempersiapkan diri dan berangkat menuju tempat yang biasa kugunakan untuk melukis.
Hari masih pukul 09.00, namun sinar matahari sangat menyengat. Kususuri jalan yang ramai itu dengan peralatan lukis yang tersampir di pundakku dan sebuah lamunan di sepanjang jalan.
Ya, inilah aku. Satria seorang pelukis jalanan. Seorang pelukis yang kesehariannya hanya untuk melukis orang-orang tanpa dibayar. Kadang aku mendengar orang-orang di sekitarku berkata, untuk apa aku melukis tanpa dibayar, hanya buang-buang waktu aja. Tapi aku senang dan menikmati kehidupanku ini, karna aku sadar hidupku tinggal sebentar lagi. Aku ingin hidupku berguna untuk orang lain. Walaupun aku sadar aku lemah, namun ada sesuatu yang mampu membuatku semangat menjalani kehidupanku ini.
“Satria.”
Inilah seseorang yang mampu membangkitkan semangatku untuk hidup. Seseorang yang juga mampu menggetarkan hatiku. Tara. Dialah gadis manisku yang hanya menjadi impian dalam hidupku. Tara adalah sahabat kecilku. Dia yang selalu menghibur dan memberikan semangat hidupku. Sebagian masa kecilku, kuhabiskan hanya untuk bersamanya. Aku tidak pernah menyangka, perasaan yang awalnya hanya sebatas sahabat berkembang menjadi rasa cinta yang sangat dalam. Tara tidak pernah tahu perasaanku ini. Aku berusaha menyimpannya rapat. Aku tidak pernah ingin Tara tahu rasa cinta yang tumbuh dalam hati. Aku tak ingin hubungan persahabatan ini hancur hanya karna cinta. Aku tak pernah ingin jauh darinya, karna hanya dia penopang hidupku.
Kulihat Tara berjalan menghampiriku sambil melambaikan tangannya yang mungil. Di sampingnya berjalan pula seorang pria yang menggandeng tangannya. Donny. Pria yang berarti dan berharga baginya. Pria yang juga aku kenal sebagai salah satu teman satu jurusannya. Dia pria yang baik dan menyayanginya sepenuh hati, aku senang Tara mendapat pria seperti dia.
“Hai…., Sat. Boleh tidak kami minta kamu buat melukis kami berdua????? Aku suka sekali sama lukisanmu.”, rengek Tara.
“Bener Sat. Aku dengar kamu jago banget melukis. Pasti keren sekali ntar hasilnya.”, kata Donny menambahkan.
“Kalian itu tak usah memujiku seperti itu, nanti aku bisa jadi besar kepala.”, jawabku.
“Baiklah. Aku akan lukis kalian sebagai hadiah dariku kar’na kalian baru jadian. Ayo duduk di kursi itu. Aku akan mulai melukis.”, lanjutku.
Mereka pun menuju kursi yang aku sediakan. Rasanya ingin menangis dan berteriak sekencang-kencangnya melihat gadis manisku dipeluk pria lain. Ingin sekali aku merebutnya dari tangan pria itu dan memeluknya. Namun, segera kutepis semua pikiran itu jauh-jauh dan mulai melukis. Pertama kalinya aku merasa sakit dan perih sekali saat melukis, biasanya tak pernah sekalipun rasa ini melingkupiku saat aku melukis. Biasanya aku melukis dengan gembira dan senyuman. Karna aku cinta melukis. Akhirnya lukisanku selesai.
“Gimana lukisannya?????”, Tanya Tara sambil menghampiriku.
“Bagus sekali. Kamu selalu cantik sekali walau hanya dalam lukisan.”, gumamku.
“Apa Sat?? kau bicara apa barusan??? Aku tak dengar.”, tanyanya.
“Kalian pasangan yang serasi.”, jawabku sambil tersenyum pada mereka.
“Terima kasih.”, ujar mereka berbarengan.
* * *
Sejak hari itu, aku tak pernah bertemu Tara. Dia selalu sibuk dengan pacar barunya. Aku tak kan bisa marah, kar’na setiap kali aku lihat senyumnya saat bersama Donny, aku akan bahagia. Aku telah memutuskan. Aku ingin menjauh darinya. Aku ingin menjaga hatiku. Setiap kali aku melihatnya dari jendela kamarku, aku selalu ingin memeluknya sambil mengucapkan betapa besar rasa cintaku untuknya. Aku harus pergi dari sini. Aku akan menuju tempat dimana aku tak bisa bertemu lagi dengannya. Aku ingin lari dengan kenyataan ini. Aku akan membawa penyakitku bersamaku.
1 TAHUN KEMUDIAN
Mentari sangat hangat, seperti hatiku sekarang. Kicau burung yang indah juga telah membangkitkan semangatku. Ya. Disinilah aku. Di tempat yang paling indah yang pernah aku kunjungi. Tempat yang mampu mengembalikan semua semangat hidupku. Pulau Lombok. Pulau yang memiliki keindahan alam yang indah dengan pantai yang terbentang luas. Tinggal selama 1 tahun disini, membuatku merasa semua kepenatan, kesedihan dan keterpurukan hilang diterpa ombak.
“Den Satria……. Ada telpon dari teman Anda.”, teriak Mang Ujang. Seorang pria tua yang membantuku sejak aku tinggal disini.
“Dari siapa Mang?”, tanyaku.
“Kalau tak salah, dari emm….. Tara. Oiya, dari Non Tara. Katanya teman Anda di Jakarta.”, jawabnya.
Aku kaget. Hancur sudah pertahanan hatiku saat ini. Gadis manis yang kuputuskan untuk kulupakan dengan tinggal disini meneleponku. Aku terima gagang telepon yang Mang Ujang sodorkan padaku. Aku takut. Aku takut banget.
“Halo.”, sapa seseorang di seberang sana.
Aku tak tau mesti gimana. Aku ingin membuang telepon ini, tapi aku juga rindu pada pemilik suara ini. Akhirnya aku tersadar bahwa seseorang di seberang sana sedang menunggu jawaban dariku.
“Halo, Tara.”, jawabku.
“Ha….. benar ini kau Satria. Satria temanku. Satria pelukis jalanan.”, ujarnya dengan semangat.
“Benar. Selama kau masih punya satu nama Satria dalam hidupmu selama aku tinggal jauh darimu.”
“Aku rindu kau, Sat.” ujarnya lagi.
Betapa kagetnya aku. Ternyata gadis manisku merindukanku. Saat ini rasanya aku sedang menembus awan dengan seekor burung rajawali yang kuat dan kekar. Jantungku seakan meloncat, hingga aku tak dapat menahannya.
“Aku juga rindu kau, Tara. Sangat rindu.”, jawabku.
“Kapan kau kembali kesini Sat??? Aku membutuhkanmu. Aku sendirian disini. Aku ingin kau ada disini.”, ujarnya sambil terisak.
“Kau bohong, Tara. Kau telah memiliki seseorang yang selalu ada dan setia menjagamu. Bukankah selalu ada Dony disampingmu??, jawabku.
“(menangis). Dony sakit, Sat. Sekarang dia lagi bertahan untuk hidup. Dia membutuhkan donor jantung. Aku takut, Sat. Hanya kamu yang bisa menyemangatiku saat ini. Aku butuh kamu.”
Aku kaget luar biasa. Aku tak bisa membayangkan gadis manisku terpuruk saat ini. Bagaimana dia bisa melanjutkan hidupnya tanpa orang yang dia sayang. Tiba-tiba aku merasa kepalaku mulai sakit yang luar biasa. Sakit yang benar-benar menyiksa. Gagang telpon pun terlepas dari genggaman tanganku. Aku merasa tubuhku mulai terkulai dengan lemah. Samar-samar aku masih mendengar suara Tara memanggilku di seberang sana.
KEESOKAN HARINYA
Aku bingung. Saat ku buka mata, aku hanya melihat sebuah ruangan yang semua dindingnya tertutup kain putih. Mataku mulai mencari-cari ke sudut-sudut ruangan. Kupaksakan untuk mengucapkan kata “mama”. Tapi yang keluar hanya sebuah gumaman yang tak jelas. Lelah dan letih memanggil, aku pun diam dan hanya menunggu.
5 menit kemudian, aku mendengar suara pintu yang berderit. Aku melihat seorang suster yang mulai berjalan mendekatiku. Dia kaget melihatku telah sadar. Kupaksakan untuk mengeluarkan suara.
“Mama.”, ujarku dengan lirih.
“Anda ingin bertemu dengan Mama anda??”, ucap suster itu.
“Mama.”
Suster itupun keluar ruangan. Sesaat setelahnya aku melihat seorang wanita yang sudah paruh baya sedang menangis sambil berjalan mendekatiku.
“Mama.”
“Satria. Kau tidak apa-apa, Nak?”
“Aku rindu Mama.”
“Aku juga rindu kau.”
“Ma, jangan menangis. Aku sedih melihat Mama seperti ini.”
Kulihat Mamaku mulai membersihkan air mata di kedua matanya. Tampak kesedihan dan ketegaran di matanya. Sakit sekali. Aku merasa lebih sakit melihat Mamaku seperti ini daripada rasa sakit akibat penyakitku ini. Aku mulai terisak. Aku ingat semua pengorbanan yang telah Mama lakukan untukku. Pengorbanan yang seharusnya menjadi tanggung jawab dua orang. Aku ingat ketika Mama dengan sabar merawatku ketika kecil. Aku ingat ketika Mama menyemangatiku. Aku ingin selalu bersamamu Mama. Aku tidak ingin berpisah darimu. Aku sayang kamu, Mama. Maafkan aku Ma. Aku telah merahasiakan penyakitku ini darimu. Aku ingin selalu melihatmu tersenyum. Senyumanmu adalah obat yang paling aku harapkan di dunia ini. Maafkan aku Ma. Aku harus pergi meninggalkanmu.
“Satria. Kenapa kau berbuat begini pada Mama, nak. Apa kau tidak menyayangi Mama lagi? Kenapa kau tidak memberi tahu Mama tentang penyakitmu?”
Aku kaget.
“Dari mana Mama tahu hal itu?”
“Jadi semua itu benar, nak? Kau benar-benar sakit selama ini? Dan selama ini pula kau tidak memberitahu Mama?”
“Ma, maafkan aku. Aku tak ingin melihat Mama sedih. Aku sayang banget sama Mama.”
Tiba-tiba, aku merasakan sakit yang luar biasa lagi. Dan rasa sakit ini lebih menyakitkan daripada waktu itu. Aku berteriak kesakitan. Mama kaget dan segera berteriak memanggil Dokter. Aku masih mendengar suara tangisan Mama. Tangisan yang pilu. Di tengah rasa sakitku, aku ingat Tara. Aku rindu dia. Aku ingin bertemu dengannya.
“Ma.”
“Apa, nak? Apa yang kau rasakan saat ini?”
“Ma. Maukah Mama melakukan sesuatu untukku. Tolong berikan jantungku untuk Dony. Dia kekasih Tara, Ma. Walaupun aku mati, aku ingin tetap bisa bersamanya. Tolong katakan juga padanya kalau aku sangat mencintai dia.”
“Tidak, Sat. Kau tidak akan mati dan tidak akan pernah mati. Kau tidak akan meninggalkan Mama sendirian kan? Mama tak bisa hidup sendiri, Sat. Mama butuh kau disamping Mama.”
“Ma. Tolong aku. Aku ingin bisa berguna walaupun aku sudah mati. Apa Mama ingin aku tidak bahagia disana?”
“Sat. Kenapa kau berkata begitu. Mam tak tega mendengarnya. Tapi kalau itu keinginanmu, baiklah, Mama akan mengabulkan permohonanmu.”
“Terima kasih Ma. Aku sayang Mama.”
Pelan-pelan kututup mataku. Kurasakan hatiku mulai sejuk. Aku merasa terbang dengan damai, bahagia dan ketenangan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Aku terbang tinggi dan semakin tinggi. Aku melihat keindahan yang sangat luar biasa. Keindahan yang akan kekal selalu. Keindahan yang abadi.




Jember, 16/06/2011
06.44 WIB

Sunday, 17 August 2014

Aku Pasti Kembali


Karya : putri ayu pasundan

Namaku jelita, aku sekolah di sma vanderwaald. Aku duduk di kelas 1 sma. Aku termasuk siswa yang pandai, dan juga mudah bergaul. Aku mempunyai seorang sahabat dia bernama putra. Putra adalah sosok sahabat yang baik, perhatian, dan selalu mengerti keadaanku, dilain waktu saat aku bersedih, dia yang selalu menghiburku. Suatu ketika dia memendam perasaan yang sama dan aku juga merasakannya.

“jelita..” panggil seseorang itu dari arah belakang. Dan itu sahabatku putra.

“iya put..? ada apa?’’ tanyaku.

“pulang sekolah , ikut aku ya.. aku mau ngajak kamu ke suatu tempat.”

“oke baik.”

Setelah bel pulang sekolah berbunyi, putra langsung menghampiriku dia sudah berdiri tepat di ambang pintu kelasku. Dia memanggilku sambil tersenyum.

“jelita.. ayok kita berangkat.”

Putra tiba-tiba mengandeng tanganku , menuruni anak tangga, Dan segera menuju ke area parkir. Kelas kami berada di lantai 3 . Aku dan dia berbeda kelas . Sejak smp kita selalu bareng. Dan sampai SMA ini. Setelah kami tiba di area parkir, putra mengeluarkan motornya yang terparkir dekat pos satpam.

“ayok naik.” Putra mempersilahkan aku untuk naik ke motornya, dan kini kami berangkat meninggalkan area parkir. Juga sekolah.
“kita mau kemana?’’ tanyaku kepadanya.

“ke suatu tempat. Dan kamu pasti suka.” Setelah beberapa menit di perjalanan , kami pun sampai di tempat tujuan. Ternyata putra mengajakku ke sebuah taman bermain. Di taman tersebut . terpampang air mancur yang begitu indah, banyak sekali bunga-bunga yang berwarna warni. Kami berdua duduk di kursi dekat taman.

“jelita… “ panggil putra kepadaku, sorotan mata tajam nya yang takkan pernah ku lupakan sejak dulu . deg…. Jantungku berdebar-debar. Aku tak mengerti tentang perasaan ku padanya, sudah 5 tahun kami bersama.. saling melengkapi satu sama lain. Tapi, tak pernah aku mengerti hubunganku dengannya.. yang aku tau, aku dan dia bersahabat.

“putra, kok nangis?’’ tanyaku padanya. Putra meneteskan air matanya perlahan demi perlahan . ku apus air matanya yang membasahi kedua pipinya..

“aku gak nangis, aku Cuma bahagia aja punya sahabat kaya kamu.” Di usap rambutku dengan kelembutan tangannya. Putra memang sahabatku , dan juga kakak bagiku. karena itu aku tak mau kehilangannya.

“jelita, suatu saat nanti, aku gak bisa terus berada di sisi kamu, kamu harus bisa nantinya tanpa aku. Aku gak mau terus-terusan jadi benalu yang selalu ada di hidupmu. Kamu harus bisa jalani hidup , dan mungkin tanpa aku. ingat janji kita dulu. Kalo kita akan selalu bersama.”

“putra kok ngomongnya gitu, tanpa kamu hidup jelita ga mungkin seceria ini. Karna kamu, hidup jelita bahagia dan lebih berwarna. Kalaupun nantinya putra ninggalin jelita, jelita akan cari putra sampai kapanpun dan bakal nungguin putra sampai putra kembali. Entah beberapa lamanya”

“tapi, inget. Kalo putra gak ada di samping kamu lagi. Kamu janji harus selalu tersenyum.”

“iya, jelita janji… jelita akan selalu tersenyum untuk kamu.”

Hari sudah semakin berlarut. Meninggalkan semua kisah yang ada. Taman tersebut menjadi ikatan janji mereka.

***
Keesokan harinya di sekolah, tepat pukul 06:15 menit.

“jelita, ini ada surat untuk kamu.”dihampirinya jelita , Di kasihnya sepucuk surat itu untuknya yang terpampang besar siapa nama pengirim surat itu. yaitu “putra” .

Deg…… hati jelita tiba-tiba gelisah tak menentu. Tak mengerti apa yang sedang iya rasakan saat ini. Di bukanya isi surat itu perlahan.

“jelitaa… ini aku putra, maafin aku ya kemarin aku gak sempet berfikiran untuk ngomong ke kamu. Karna semua itu terlalu berat untukku. Aku gak sanggup ninggalin kamu disini. Mungkin, saat kamu baca surat ini aku sudah tiba di Kalimantan. Papaku dinas disana, dan terpaksa aku ikut dengannya. Maafin aku ya jelita. Inget janji kita. Kamu harus tetap tersenyum. Suatu saat nanti kita pasti akan bertemu lagi.“

Di akhirinya akhir surat itu. Jelita yang hanya bisa diam membisu dan pucat pasi di tempat duduknya. Perlahan iya menteskan air mata dan tidak percaya akan semuanya. Tak pernah iya mengerti akan semua perasaannya. Sedih, kecewa, semuanya yang iya alami saat ini. Tak sempat iya mengatakan tentang perasaannya yang sebenernya kepada putra. Cinta… mungkin ini yang aku rasakan. Perasaan itu tak pernah ku sadari sebelumnya, setelah kepergianmu baru aku menyadari.. cinta itu ada.

***
Setelah pulang sekolah, aku bergegas untuk pergi kerumah putra. Tetapi hasilnya nihil, tak ada satupun orang yang menjawab sapaanku. Rumah itu kosong. Jelita tak tau harus mencari putra kemana lagi. Akhirnya , aku memutuskan untuk pergi ke Taman kemarin, terakhir kali aku bertemu dengannya, bersamanya…. Taman itu sepi.. tak seperti biasanya, tak banyak orang yang lewat area taman bermain itu. dihampirinya kursi taman tempat aku duduk bersama putra waktu itu. Aku mengingat kembali perpisahan terakhirku dengannya. Aku meneteskan air mata.

***
Setelah 2 tahun aku menunggu, putra tak juga ada kabar. Selama itu aku tak pernah seceria dulu. Hanya kesedihan yang tampak di wajahku. Sesering kali aku mengingat kenangan itu, itu membuatku sakit. Sekalipun aku mencoba melupakannya, itu akan semakin sakit. Beberapa sering aku memutar lagu pasto’aku pasti kembali’ liriknya yang benar-benar menyentuh hatiku.

Reff : aku hanya pergi tuk sementara..
bukan tuk meninggalkanmu selamanya..
aku pasti kan kembali, pada dirimu ..
tapi kau jangan nakal.. aku pasti kembali…..

selama 2 tahun, kenangan itu menghantui harii-hari ku . tang sanggup aku melupakannya. Kini aku benar-benar mencintainya. Cinta bukan lagi sekedar sahabat , tetapi perasaan yang lebih dari pada itu.

hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke 17 , sekarang aku sudah duduk di bangku kelas 3 sma, sekalipun aku ingin pindah ke lain hati dan berpaling dari putra, aku masih takut. Karena luka yang ada di hatiku masih ada. Setelah malam kian tiba, putra tak juga mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku. Padahal hanya sapaannya, dan ucapannya yang begitu berarti untukku..

hari ini sweet seventeen ku. Dan mungkin itu semua tak ada artinya kalau putra tak ada di sampingku. Malam ini aku ingin sekali pergi ke taman itu. untuk menenangkan diri disana, mungkin hanya beberapa saat. Aku akhirnya memutuskann untuk pergi kesana dan meninnggalkan acara dan tamu undangan yang telah hadir di pesta ulang tahunku yang ke 17 itu. aku pergi ke sana dengan di temani supir papaku dan setelah beberapa menit di perjalanan, aku tiba di taman itu. aku tak menyangka.. begitu indah suasana taman tersebut dengan lampu lampion-lampion yang khas terpampang disana. Dekorasi lampu-lampu kecil di setiap pohon yang mengelilingi menambah indah suasana taman itu. aku duduk di kursi putih taman itu. tiba-tiba beberapa saat aku memejamkan kedua mataku dan membukanya kembali aku melihat sesosok putra di depan mataku. Dia tampak berbeda dari dahulu, aku tak percaya kini dia ada di depan mataku, atau mungkin ini hanya ilusiku.

“happy birthday jelita.. aku nepatin janjiku kan , kita pasti bertemu kembali. Dan aku pasti kembali.”

“ini benar kamu?’’ tanyaku tak percaya.

“iya, ini aku. aku putra.”

“kemana aja kamu, kamu gatau aku disini sedih mikirin kamu, kamu gak ada kabar dan hilang gitu aja.”

“maafin aku, aku Cuma gak mau ganggu konsentrasi belajar kamu.”

Putra menghampiriku dan memberiku sekotak bingkisan tanda ucapan ulang tahunku. Dan ternyata itu adalah sebuah kalung yang berukiran tulisan nama kita berdua. Gaun cantik yang aku kenakan malam itu saat ulang tahunku berwarna putih, dan juga putra, membawa bunga mawar merah kesukaaanku dan ia mengenakan jas kemeja putih.

“aku janji gak akan ninggalin kamu lagi. Aku gak bisa tanpamu. Aku mencintaimu, aku sayang kamu jelita.” Kini dia menggutarakan isi hatinya, hanya itu kata yang aku tunggu selama ini dari mulutnya.

“akupun begitu. Ini adalah hari terindahku. Kamu kembali, untuk menjadi sahabatku, juga kekasih bagiku…..”

_The end_


sumber: eposlima.blogspot.com

WAITING FOR YOU


Oleh: dellia riestavaldi

Udah ke 2 hari ucil engga sms aku, udah 2 hari juga aku mengkhawatirkan keberadaannya, ya tuhan dia kemana, dia dimana sekarang, dimalam hari itu aku terus menunggu sms darinya, sudah berpuluh-puluh kali aku mengirim text messages tapi ga ada satupun pesan masuk di hape aku dari dia. Sial besok libur UN anak kelas 3 SMA, sedangkan aku duduk di kelas 2 dan ucil kelas 1. Gimana dong kalau besok libur, bakal 4 hari ga ketemu ucil  ucil kenapa? Ada yang aneh dari dia ya tuhan . Setiap malem ucil selalu say good night have a nice dream sayang, tapi udah 2 hari ini ga ada kata-kata kaya gitu lagi, aku takut kata-kata itu ga akan aku dengar lagi. Harus sampai kapan tiap malem aku nangis nungguin dia.

tokkkk….tokkkk…..tokkk
Suara ketukan pintu yang terdengar dari arah pintu kamarku.

“masuk aja ga di kunci” kataku sambil berteriak.

“dell, lagi apa lo? Nangis sendiri di kamer.” Sambil menghampiriku di ranjang tempat tidurku.

“gapapa kok nay, aku Cuma nunggu sms dari ucil.” Kataku

“emang lo jadian dell sama ucil?” Tanya nayla.

“engga sih, tapi aku ngerasa beda aja sama dia.” Balasku

“yaudahlah dell toh dia bukan siapa-siapa elo kan?’’

“kata-kata kamu tuh ga bikin aku tenang nay, mending kamu tidur aja deh nay, biarin aja aku bakal nunggu dia sms aku.” Cetusku

“iya dehh sorry dell, Gnight beib.”

aku terus memandang kearah luar jendela, sambil memegang hapeku. Entah samapai kapan aku harus menunggunya membalas pesanku.

*tertidurr

* * *
liburan selesai, tinggal berangkat sekolah, aku harus cari ucil sampai ketemu, dia ga boleh mainin aku gitu aja -.-

sesampainya aku di sekolah, langkahku terhenti di parkiran motor sekolahku. motor ucil mana? Biasanya jam segini dia udah datang. Aku harus ke kelasnya, langkahku terasa berat untuk menghampirinya ke kelas. Perasaan aku tiba-tiba gaenak.

aku berdiri di depan kelasnya, tiba-tiba aku terhenti di depan pintu. Kenapa aku? Seharusnya aku masuk ke kelasnya dan bertemu dengannya. Mending aku ke kelas aku aja deh ucil juga belum datang. Aku terus jalan menuju kelasku.

pelajaran pagi hari ini akuntansi, semangat dong semangat ini kan pelajaran kesukaanku. Sudah 1 jam pelajaran di mulai tiba-tiba ada anak osis masuk ke kelasku dan member pengumuman. Dalam hati ku pasti minta sumbangan huh, aku terus melanjutkan tugas akuntansiku.

“assalamualaikum wr.wb. maaf teman-temen mengganggu sebentar, innalilahi wainnailahi rojiun, telah berpulang ke rahmatullah adik kelas kita Muhammad Raditya Ucill dari kelas X2. Ayo kita bersama-sama membaca surah al-fatihah untuk mendoakannya.”

Aku langsung terhenti mengerjakan tugas akuntansi itu, aku lansung berdiri dari tempat dudukku, aku langsung meneteskan air mata dan lari meninggalkan kelas dan pergi ke WC sekolah.

“cil, kamu jahat, kamu jahat cil, kamu ninggalin aku sendiri, kamu belum denger kalau aku mau jadi pacar kamu, cil kamu jahat.” Teriakku di WC sekolah, perlahan-lahan aku duduk menyender tembok, berjam-jam aku ga keluar dari WC, aku belum bisa nerima kenyataan ini ya tuhan, sakit sekali rasanya.Setelah aku keluar dari WC aku langsung mengambil tasku, aku langsung kabur dari sekolah dan ikut teman sekelas ucil untuk melayat.

Sesampainya di rumah ucil, aku berjalan pelan untuk menemui jenazah ucil, tidak berehenti air mataku mengalir. Aku duduk di sebelah jenazahnya.

“ucil, kenapa kamu pergi secepat ini, kenapa kamu ninggalin aku cil, kamu inget ga waktu kita nonton, kamu pegang tangan aku, kamu cium kening aku cil, aku kangen kamu cil, cil kalau kamu sayang sama aku KAMU BANGUN SEKARANG JUGA CIL, BANGUN !!”

“sabar sayang ibu juga belum bisa nerima kepergian ucil.” Suara itu terdengar dari belakangku, ya dia ibunya ucil.

“ibu, ucil kenapa bisa kaya gini.” Tanyaku

“dia jatuh dari motor, sehari sebelum UN, selama 3 hari ucil koma di rumah sakit.”

“kenapa temen-temennya ga pada tau bu, dia selama ini baik-baik aja kok, dan pas kejadian dia ga pernah hubungin adell bu, adell khawatir banget bu sama dia tapi ini udah jadi kenyataan yang sangat menyakitkan.”

“ka adell” suara cewek yang memanggilku dari belakang, aku menengok ke belakang dan menghapus air mataku.

“de nessa, ada apa de?” tanyaku

“ka, aku tau kronologi kejadian ucil ka.”

“ucil kenapa de?”

              “ucil, ngliat kaka pergi sama cowo, dia langsung pergi ka ke rumah papanya di bandung, kan dia anak broken home gitu ka, orang tuanya pisah, ucil bawa motornya dengan kecepatan 80km/jam, pas di perempatan ucil ngrem mendadak ka akhirnya dia jatoh dan kepalanya tebentur stang di motornya.” Penjelasan nessa.

               Aku terdiam, tapi air mataku terus mengalir, ucil salah paham lalu emosinya tidak terkontrol, jadi selama ini aku nungguin acil ga ada hasilnya, dia terlanjur ninggalin aku. Aku langsung ke tempat jenazahnya, karena sebentar lagi jenazahnya akan segera di kuburkan.

* * *
               Prosesi pemakaman telah selesai, aku langsung pulang kerumah dan membaringkan tubuhku di atas ranjangku, aku mengambil hapeku, Cuma orang bodoh yang aku tungguin sms orang udah ga ada. Tapi rasa sayangku ke dia masih tetep ada. Ucil semoga kamu tenang ya disana ya aku sayang banget sama kamu. Semoga aku bisa nemuin orang seperti kamu, Gnight ucil 

THE END

sumber: eposlima.blogspot.com