Jatuh Cinta Yang Salah
Oleh Leriani Buton
Sahabat adalah serangkaian jalian kasih
Dikala jatuh dia akan datang untuk mengangkatknya
dengan kedua tangannya.
Selalu mengharapkan kebahagiaan yang terurai
Di setiap serat-serat persahabatan
Bagiku sahabat adalah sebagian nafas yang aku punya
Walau terkadang mereka sering pergi meninggalkanku…
Tapi, mereka telah tergores di tinta jalan hidupku….
Sahabat tak pernah terurai oleh massa…
Dan tak kan pernah sirna hanya karena kebencian
Meskipun kadang tak sependapat
Namun selamanya akan tetap menjadi sahabat….
Dulu, aku memiliki kehidupan yang sangat suram di masa kecilku. Aku nyaris tak punya teman ketika aku duduk di bangku SD dulu. Setiap kali aku mencoba untuk mendekati mereka, mereka malah menjauhi dariku. Padahal aku berusaha untuk bisa berteman dengan mereka, dulu aku menekan rasa maluku untuk mendekati mereka. Namun, itu semua sia-sia. Mereka menganggap suaraku hanyalah gemuruh yang lewat dan akan menghilang setelah suasana menjadi cerah. Mereka bilang padaku, aku hanyalah anak yang jelek, cupu’, dekil yang hanya dianggap sampah. Aku akui aku jelek dan cupu’. Namun, aku ga’ dekil. Tapi itu adalah presepsi orang. Dan aku harus terima itu. Aku hanya tak ingin membuat masalah.
Hingga di suatu ketika, ada seseorang yang datang di kehidupanku. Sahabat pertama yang kumilki, dialah Arlen. Dia sangat baik padaku. Setiap kali aku menagis karena ejekkan teman-temanku, dialah yang menenangkanku. Meskipun kami masih kecil pada saat itu dan masih di anggap anak ingusan, namun bagiku dia adalalah malaikat berwujud manusia yang akan selalu menjagaku. Katika aku bersamanya, akhirnya banyak teman-teman yang aku punya. Aku akui, ketampanan Arlenlah yang membuat mereka mau berteman denganku. Aku sangat bahagia. Arlen selalu mengatakan padaku untuk tidak menangis di kala aku di ejek dengan sebutan mata kodok. Dia selalu bilang mataku ini indah seperti mata bidadari.
Hingga di suatu ketika, Arlen pergi meninggalkanku. Dia pindah di kota Ambon. Rasanya sulit bagiku menghadapi semua ini sendirian. Teman-teman yang sempat ada, kini menghilang sejak kepergiannya Arlen. Dan kini aku harus memulainya lagi dari awal .
Hari berganti hari. Tanpa terasa tahun-tahun pun terlewatkan. Ternyata 8 tahun sudah aku dan Arlen tak pernah bertemu. Bahkan sejak kepergiannya di hari itu, dia serasa benar-benar menghilang tanpa ada sepatah katapun dan tanpa meninggalkan jejak. Aku hanya bisa menangis ketika tahu dia sudah tidak ada di sisiku lagi. Begitu sulit menghadapi teman-teman yang suka memilah-milah teman. Namun, aku tahu aku akan mendapatkan sahabat yang baik di suatu hari nanti. Dan aku tahu dengan kekuatan cinta yang aku milki, semuanya akan terlihat mudah untuk dihadapi.
Ya,,,, ternyata semuanya telah terjawab, aku sekarang memilki banyak teman dan bahkan lebih dari yang aku bayangkan. Aku tahu Allah akan memberi jalan kepada orang yang mau berusaha untuk berubah. Dan itu terbukti di kehidupanku….
Di tahun yang ke-8, di pertengahan tanggal bulan Desember lebih tepatnya 16 Desember 2008, Di kala itu aku masih duduk di bangku SMA. aku mendapatkan nomor ponselnya Arlen dari salah satu sahabatku Antoni. Kebetulan dia jalan-jalan ke ambon, dan bertemu dengan Arlen. Dari situlah Arlen menitipkan nomor ponselnya kepada Antoni untukku. tanggal 17 Desember 2008 aku menghubungi Arlen. Namun, dia tak pernah membals SMSku. Besoknya aku SMS dia lagi, namun tak ada sms balasan darinya. Sejak sat itu aku pun tidak menghubunginya lagi. Aku berfikir, Antoni cuman ingin mempermainkanku. Di hari yang ke-6, tepatnya tanggal 23 Desember 2008, aku di SMS sama Arlen. Itulah kali pertama aku dan Arlen berhubungan lewat komunikasi telpon.
Ya Allah… betapa senangnya hatiku saat itu. Aku hanya bisa terdiam mendengar kelembutan suaranya. Suaranya masih terdengar seperti kami masih SD dulu, benar-benar lembut. Hingga disuatu hari aku ngirim sms ke dia, namun dia tak membalasnya tapi dibalas sama temannya yang bernama Alvin. Dari situlah akhirnya aku berteman dengan Alvin. Ternyata Arlen sengaja membiarkan temannya yang membalas SMSku. Dia ingin mendekatkanku dengan temannya Alvin. Sejujurnya hari itu aku agak kecewa, tapi ternyata Alvin adalah orang yang baik yang memilki banyak kesamaan denganku. Mulai dari aktivitas sampai dengan hal yang kami sukai. Dan itu membuatku tarasa nyambung dengannya.
Semuanya masih berjalan dengan baik. Aku dan Alvin masih tetap berteman baik. Dia selalu mengirim SMS disaat waktu yang tepat. Sedangkan Arlen menghilang tanpa jejak. Aku sudah merasa nyaman dengan Alvin. Namun, di saat Alvin akan menyatakan persaanya padaku, malah aku menerima Arlen sebagai pacarku. Sungguh aku telah menyakiti persaan Alvin.
Sejak saat itu, Alvin pun menghilang dari kehidupanku. SMS yang biasanya ku terima dari dia setiap hari, kini tak ada lagi. Mungkin dia marah padaku. Itulah awal persahabatnku hancur.
Seiring berjalannya waktu, aku pun semakin mengenal Arlen. Dia tak seperti Arlen yang kumilki seperti dahulu. Lingkungan telah merubahnya. Setiap kali dia ketemu denganku, dia selalu menceritakan mantan-mantannya padaku. Yang lebih parahnya lagi dia bilang padaku kalau dia masih mencintai mantannya. Dan lebih kacaunya lagi dia menyukai sahabatku Regina. Ya ampun…. Aku tak bisa berkata apapun. Aku hanya bisa tersenyum ketika dia mengatakan hal itu padaku. Entahlah apa yang dia inginkan. Yang pastinya itu membuatku sakit mendengarnya. Dia tidak memikirkan persaanku yang saat itu masih menjadi pacarnya.
Aku berusaha bersabar, setiap kali dia curhat tentang masa lalunya aku selalu merubah statusku yang tadinya pacar, menjadi sahabat setia yang akan mendengarkan semua yang ia katakan. Namun, aku hanyalah manusia biasa yang punya perasaan. Aku tak kuat mendengar pacarku selalu mengungkit-ngungkit mantan pacar yang masih dicintainya. Kalaupun aku bertahan, entah sampai kapan aku bisa bertahan menyembunyikan persaanku yang hancur setiap kali dia menceritakan hal itu padaku?
Ya Allah… aku tak kuat menerima semua ini. Rasanya sakiiiit sekali…. Hingga di suatu hari aku ngirim sms dia, namun nomor ponsel yang ku gunakan adalah nomor ponselku yang baru. Dia membalas SMS ku. Namun di beberapa bulan berikutnya, aku tak pernah mengSMSnya lagi. Dan dia juga tak pernah mengSMSku.
Hingga di suatu hari, dia SMSan dengan fitria temanku, dan bertanya kepada fitria kenapa aku ga’ pernah lagi menghubunginya? Dan fitria menyampaikan hal itu padaku. Dua hari selepas itu, aku pun mengirim SMS padanya. Dan dia membalas SMS ku juga dengan bertanya siapa aku. Aku menyuruhnya menebak.
Awalanya tebakannya membuatku GR setengah mati. Dia berkata kalau akau adalah pacarnya yang jauh namun dekat di hati. “hah,,,,melegakan, ternyata Arlen masih mengingatku,” pikirku dalam hati.
Ternyata aku salah menduga, orang yang dia bilang pacar yang jauh namun dekat di hati adalah bukan aku tapi pacarnya yang lain Dea Yesika. Ya Ampun,,,, aku hanya berusa mengatur nafas untuk membuat air mataku tak boleh terjatuh. Namun apa daya, aku adalah manusia biasa yang punya persaan dan sore itu air mataku akhirnya jatuh juga. Ternyata selam ini, dia tak pernah save nomor baruku. Aku hanya terdiam dengan mata yang berkaca-kaca.
Setelah mengetahui kebenarannya, aku pun mengSMSnya kalau yang dia tebak adalah salah. Ternyata dia tak pernah mengingatku. Mungkin selama ini aku keGRan dengan apapun yang dia katakan padaku di awal sebelum kami berdua berpacaran. Cinta telah membutakan mata hatiku. Sampai-sampai aku tak bisa melihat ketulusan dari orang yang menyayangiku. Dan Aku tak bisa membedakan yang mana kebohongan dan yang mana kebenaran.
Setelah dia tahu kalau orang yang dia tebak adalah salah, dia pun mengirim SMS ke fitria dan meminta nomorku. Kamu tahu, setelah dia tahu kalau aku adalah orang yang SMSan dengan dia tadi, dia malah meminta maaf kepada fitria bukan padaku. Aku heran, dia tak bisa membedakan yang mana orang yang dia sakiti dan yang mana orang yang harusnya di mintai maaf.
Tapi, tak apalah. Lagian aku bukan hakim yang harus menuntut dia untuk mengucapkan maaf padaku. Bagiku Arlen yang ku milki bukanlah Arlen yang ada padaku sekarang, tapi yang kumiliki hanyalah Arlen yang dulu ketika kita masih di bangku Sekolah Dasar. Aku tak membencinya, aku hanya kecewa dengan sikapnya yang sekarang. Waktu telah merubah dia menjadi orang lain. Aku tak bisa menyalahkan siapapun. Yang pastinya hidup ku akan terus berjalan meskipun tanpa Arlen.
Mungkin benar sahabat akan selamaya menjadi sahabat. Namun, tak sedikit sahabat bisa menjadi cinta. Aku mengerti ini adalah kesalahanku dengan Arlen. karena di dalam hubungan yang kami jalani, ada seseorang yang kami sakiti. Dia adalah Alvin. “Maafkan aku sahabatku…!!!! Aku berharap kita bisa bertemu lagi dan bisa bersahabat seperti dahulu lagi.
Cinta Is GreatDan kini aku telah memaafkan semua yang telah terjadi. Aku tak bisa membencinya hanya karena dia pernah menyakiti hatiku. Dia sama sepertiku, dia hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Selama 10 tahun berakhir, di tahun yang ke-11 aku baru ketemu lagi dengan Arlen, ketika itu aku berencana pulang kampung. dulu kami pacaran jarak jauh. Ternyata fellingku benar, dia telah berubah menjadi Arlen yang tak ku kenal. Namun, dengan perubahnnya itu, tak kan membuatku menghapusnya menjadi sahabat pertamaku.
Semua akan berakhir pada waktunya
Tak akan ada yang tersisa
Semua yang ku miliki akan hilang
Yang tersisa hanyalah cinta
Cinta,,,,,
Entahlah itu benar ada atau tidak?
Kalaupun banar ada, mengapa cepat sekali berubah?
Ketika ku mencoba untuk percaya
Yang ada hanya dusta
Ya, dusta!
Mungkinkah aku jatuh cinta pada orang yang salah?
Atau mungkin aku yang terlau bodoh dalam mengenal cinta?
Namun, bagiku semua itu tak begitu berarti
Cinta memang ada untuk orang yang bisa merasakannya
Dan cinta juga bisa tak ada bagi orang yang tak pernah merasakannya
Semua orang bisa berubah karena cinta.
Namun tak sedikit orang orang yang mendustainya
Hah,,, cinta memang gila.
Pertemuan kami terjadi begitu singkat. Ketika dia melihatku, dia hanya meminta maaf atas semua yang telah dilakukannya padaku di waktu dulu. Sebagai seorang sahabat, aku memaafkannya. Karena aku tahu sahabat takkan pernah terubah hanya karena kebencian. Sejak saat itu, aku pun membuka lembaran baru bersama Arlen dengan memulai persahabatan yang dulu sempat hilang. Aku memang menyayanginya, namun rasa sayang itu tak lebih dari rasa sayangku sebagai seorang sahabat. Kesalahan di waktu dulu takkan terulang kembali.
Sejak saat itu, kami tak bertemu lagi. Karena aku harus melanjutkan studyku di Makassar. Namun, bukan berarti kami kehilangan komunikasi. Sesekali dia mengSMSku atapun sebaliknya. Aku akan menjalin persahabatan ini dengan rasa sayang, kesaling hormatian, dan Saling menasehati tanpa harus mendustainya. Aku tahu, bila aku memulai dengan kebohongan, maka semuanya akan berakhir dengan kepahitan. Aku berharap dia bisa mengerti dengan persahabatan yang kami jalani saat ini.
THE END
No comments:
Post a Comment