DINNA, itulah nama gadis yg kucintai dan bisa dibilang First Love, menurutku dia manis, lembut, anggun, dimataku dia Perfect. Aku amat menyayanginya, bahkan berharap dia dapat menjadi pendampingku.
kami menjalani hari hari penuh cinta, waktu yg kami jalani terasa indah dan menyenangkan. Tak ada sesuatu pun yg membuatku sedih.
'' kamu mau kemana sudah rapi sepagi ini, Riz..?." tanya ibuku yg nampak heran dengan penampilanku hari ini dari dapur,sementara tangannya masih sibuk menggoreng diatas kompor.
" Fariz mau ada acara bu " jawabku sambil memanaskan motor disamping rumah.
" kalo bawa motor jangan ngebut "
" ya bu,.. Fariz berangkat bu " pamitku seraya menarik gas motor meninggalkan rumah, tujuanku kerumah pujaan hati, hari minggu ini kami bermaksud ke pantai. Setengah jam kemudian aku sampai dihalaman rumah Dinna, tak perlu menunggu, karna dia sudah siap di bangku teras, tampak benar kelembutan dan pesona diwajah cantiknya.
" udah lama ya " tanyaku melempar senyum termanisku.
" baru 5 menit yang lalu " jawabnya gak mau kalah.
" ibu ama bapak ada " tanyaku lagi.
" ngapain.."
" minta ijin..."
" bapak lagi kepasar, ibu lagi mandi, lagian aku tadi udah bilang kalau hari ini mau pergi ama kamu kok " jelasnya
" lalu.."
Tanpa diperintah Dinna naik kemotorku, " berangkat aja lah "
aku hanya bisa tersenyum simpul, perlahan kupelintir gas motor melaju menuju tempat rekreasi di tepi batas kotaku. Kami menjalin hubungan selama hampir 2 tahun, dan selalu baik baik saja, hingga pada suatu malam dirumahny dia berkata..
" ka...malam ini aku mau minta ijin dan doa restumu...."
" maksudmu.." perasaan kaget muncul dibenaku.
" aku mau menggunakan ijazahku, minggu depan....aku akan ke Bekasi ikut... kerja bibi..." Dinna tertunduk.
" ...Dinna..kamu.," aku tak bisa meneruskan kata kataku..perasaan tak menentu memenuhi dadaku.
" iya..ka..aku minta kamu mendukungku..." dua bulir bening mengalir dipipinya.
kuraih kedua tangannya dan kugenggam erat.. " Dinna aku mencintaimu, dan juga sayang ma kamu...walaupun berat aku akan mencoba merelakanmu..."
" makasih ka.." Dinna menghambur kepelukanku, dengan sedih kuusap rambut lurusnya yg panjang. Perasaanku benar benar gak menentu.
Kamis jam 6 pagi aku meluncur menuju pelabuhan Bakauheni, di belakangku Dinna memeluk erat, sepanjang jalan kami diam tanpa kata, kesedihan memenuhi perasaan kami. Entah mengapa di hati kecilku ini bagai perpisahan terakhir.
Sekitar 2 jam setengah kami sampai di Pelabuhan. Kuantar Dinna ke atas kapal, kami masih membisu walau berjalan beriringan, perlahan jemari Dinna meraih tangan kiriku,.
" ka... Jangan sedih terus..." Dinna coba menghiburku dengan senyumnya.
" jaga diri kamu baik baik ya.." kupeluk erat Dinna, kami berpelukan erat, tak perduli pandangan orang orang di sekeliling kami, hingga suara pemandu di pelabuhan terdengar kalau kapal yg dinaiki Dinna siap berangkat. Perlahan kulepaskan pelukan,kukecup keningnya...dan segera aku turun dari kapal.
Di dermaga aku melihat kapal besar itu mulai bergerak..Dinna muncul di pinggir kapal sambil melambaikan tangannya. Dengan sangat berat kubalas lambaian itu...hingga akhirnya kapal itu menjadi sebuah titik dan hilang dari pandanganku.
" Dinna..." bisiku pilu..
sejak kepergian Dinna aku benar benar seperti kehilangan semangat, mau ngapa ngapain jadi males, aku jadi sering melamun.
" kamu gak kerja Riz.." tanya ibuku yg melihatku pagi pagi duduk ditemani kopi.
"gak bu,..lagi gak enak badan." jawabku beralasan. Kerinduan di dadaku makin membara, memang jaman itu HP masih barang mewah, jadi untuk dapat berkomunikasi aku harus ker Wartel, Dinna dapat pinjam hp dari bibinya. Lama lama aku jadi jarang menghubunginya, karna Dinna pindah kost di Daerah Bekasi Timur katanya biar deket ama tempatnya bekerja, Dinna berkerja di perusahaan kabel.
aku mulai kehilangan kontak, Perasaanku hanya bisa pasrah menerima apapun yang bakal terjadi, rasa percayaku pun mulai berkurang..
1 tahun berlalu,0Tanggal 07 Juli 2007,hal yg tak terduga terjadi dalam hidupku, Orang Tua Dinna, datang kerumahku dan memberitahukan kalau Dinna...MENIKAH...
JLEGER..!!!
Orang tua Dinna mengatakan sekaligus meminta maafkan Dinna padaku, dan tetap menyemangatiku agar tidak putus asa.
Senyum Dinna tergambar jelas dipelupuk mataku, begitu indah...TIDAAK..aku harus menghapusnya, melupakan semua tetangnya..Dinna kaulah Cinta yang kusayang dan kini telah hilang...Semoga Kau Bahagia..
SEKIAN
Oleh : Muhammad Fariz
sumber : https://id-id.facebook.com/CTCRSS
No comments:
Post a Comment